Candi Muaro Jambi merupakan candi peninggalan era Hindu
Budha. Ajaran sepiritual ini dipengaruhi oleh budaya India. Kompleks ini
terdapat candi utama yaitu candi Tinggi dan tujuh candi kecil lainnnya.
Semua candi dibuat dari batu bata yang disusun rapi dan di satukan
dengan semen karena di daerah Jambi sulit ditemukannya batu alam.
Bentuk candi utama kotak persegi panjang.
Candi utama ini terdiri atas tiga b agian. Bagian bawah berupa
tumpukan batu dengan hiasan panel berjenjang. Pada bagian atasnya
terdapat bangunan serupa, tapi ukurann ya lebih kecil. Sementara bagian atas
sendiri berupa altar kecil, tempat sembahyang. Pada sekitar candi terdapat
puluhan gunduk an batu-b ata yang diperkirakan bangunan itu adalah candi.
Ada banyak p enemuan benda sejarah dari kompleks candi ini
seperti perhiasan emas, koin dari Cina, arca prajnaparamita, arca gajah,
padmasana, arca gadjha singa, arca gajah bermahkota, arca dwarapala,
belanga perun ggu, umpak batu, batu padma dan makara.
Mengenai percandian Muara Jambi, para pakar sepakat bahwa
percandian tersebut dihubungkan dengan Kerajaan Melayu Kuno yang
lokasinya ad a di sekitar Batanghari. Pada mulanya situs Muaro Jambi tidak
banyak dikenal orang dan hanya dik etahui penduduk setempat. Baru
pada tahun 1883, secara terbatas situs ini mulai terungkap setelah
kedatangan S.C. Crooke, seorang perwira Inggris yang ketika bertu gas
mengunjungi dari daerah pedalaman Batanghari mendapat laporan
daripenduduk setempat tentang adanya peninggalan kuno di Desa Muaro
Jambi. Selanjutnya pada tahun 1935-1936, seorang sarjana Belanda yang
bernama F. M.Schnitger, dalam ekspedisi purbakalanya di wilayah Sumatera,
Muaro Jambi. Sejak itu Muaro Jambi mulai dikenal, dan mulai1975 sampai
saat ini, secara serius dan bertahap, dilakukan penelitian dan preservasi
arkeologi untuk menyelamatkan situs dan peninggalan bersejarah di situs
Muaro Jambi ini. Pada Perayaan Waisak 2007, Komplek Percandian Muaro
Jambi menjadi lokasi pusat perayaan
Waisak di Sumatra. ( Sumber : Buku
|