Home Start Back Next End
  
16
Tahap ini merupakan proses perencanaan beton pracetak dengan mendesain
sesuai dimensi, kuat tekan, dan jumlah yang diinginkan. Persyaratan yang
harus dipenuhi dalam tahap ini yaitu syarat kekuatan, kekakuan, dan
kestabilan pada masa layan.
Menurut Ervianto, tahap perencanaan dalam
penerapan teknologi pracetak merupakan kegiatan kritis.  Hal ini karena pada
tahap ini harus mempertimbangkan, memperkirakan, dan mengendalikan
berbagai proses kegiatan. Perencanaan ini diawali dengan tahap konseptual
sampai dengan selesainya pelaksanaan pekerjaa dan dikatakan kritis karena
teknologi pracetak ini tidak mudah disesuaikan dengan perubahan yang
terjadi sewaktu-waktu. Berdasarkan penelitian (Ervianto, 1997)
keterlambatan proyek sering terjadi karena adanya perubahan desain. Oleh
karena itu, desain dari komponen modular harus disetujui lebih dahulu untuk
menghindari perubahan yang mungkin dapat menyebabkan meningkatnya
biaya proyek dan keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
2.
Tahap Produksi
Tahapan ini dimulai dengan menyiapkan landasan cetakan. Kemudian,
menyiapkan dan membuat cetakan
untuk masing-masing komponen. Setelah
cetakan telah tersedia, dapat dilanjutkan dengan
kegiatan pembesian
(pembuatan dan pemasangan bekisting/tulangan).
Proses
pengecoran beton
pada komponen kolom,
balok,
dan pelat
pun dapat dilaksanakan setelah
langkah-langkah di atas terpenuhi. Dalam tahap ini harus diperhatikan pula
kekuatan
mutu beton yang ingin dicapai. Kemudian, dilakukan proses
pembongkaran cetakan komponen (de-moulding) setelah kekuatan mutu
beton yang diinginkan tercapai. Hal ini bertujuan agar kualitas komponen
struktur beton yang didapat memiliki kualitas yang baik dan sesuai sehingga
kekuatan struktur bangunan yang didapatkan juga optimal
(Buletin Cipta
Karya, 2012). Tahapan
terakhir yaitu curing
(perawatan) beton.
Produksi
pracetak ini dapat dilakukan baik di site maupun di luar site.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter