29
sebuah crane
yang mampu mengangkat dan memindahkan elemen beton
pracetak sehingga terpasang pada posisi yang seharusnya.
Penyediaan alat
bantu ini membutuhkan biaya yang relatif besar sehingga jika teknologi ini
akan diterapkan pada sebuah bangunan maka harus dikaji efisiensi biayanya,
antara penyediaan alat bantu dengan nilai proyek itu sendiri. Kajian yang
detail tentang volume pekerjaan beton pracetak dengan biaya pengadaan alat
bantu instalasi dapat digunakan sebagai bahan untuk memutuskan metode
yang akan digunakan. Apabila volume pekerjaan kurang memadai maka akan
mengakibatkan biaya konstruksi menjadi mahal.
3.
Connection
Dalam usaha menyatukan elemen-elemen beton pracetak dibutuhkan suatu
konstruksi tambahan yang mampu meneruskan semua gaya-gaya yang
bekerja dalam setiap elemen. Yang dimaksudkan penyatuan di sini adalah
penyatuan material beton dan material baja yang menjadi bagian utama dari
struktur beton bertulang. Kendala yang timbul adalah bagaimana menentukan
jenis sambungan yang mampu mengantisipasi semua gaya yang terjadi
sehingga perilaku struktur dapat menyerupai struktur beton bertulang dengan
proses konstruksi tradisional. Untuk mengaplikasikan alat sambung yang
betul-betul sempurna dibutuhkan biaya yang relatif mahal.
2.8
Hal utama dan terpenting yang harus diperhatikan pada sistem pracetak
adalah sambungan/joint antara komponen pracetak karena konstruksi beton pracetak
cukup berbahaya terutama pada daerah sambungannya khususnya untuk daerah yang
sering terjadi gempa. Sambungan antara komponen beton pracetak
yang biasa
digunakan dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
1.
Sambungan Kering (Dry Joint/Connection)
Sambungan ini dikenal pula dengan sebutan sambungan keras. Pada
sambungan ini, komponen beton pracetak akan disambung/dihubungkan
dengan suatu pelat penahan yang terbuat dari baja dimana dilakukan dengan
menggunakan sambungan las/baut.
Menurut Reza Prastowo (2012), jenis
sambungan kering ini dibedakan
menjadi dua jenis :
|