Home Start Back Next End
  
49
mempunyai pengertian
gerak bela diri
yang sempurna,
yang bersumber pada kerohanian
yang
suci
murni,
guna
keselamatan
diri
atau
kesejahteraan bersama,
menghindarkan
diri/manusia
dari
bela
diri
atau
bencana.
Dewasa
ini
istilah
pencak
silat
mengandung
unsur-unsur olahraga, seni, bela diri dan kebatinan.
2.2.3.2.
Sejarah 
Organisasi  
Beladiri  
Pencak  
Silat 
Tunggal   Hati  
Seminari  
Tunggal
Hati
Maria  (THS–THM)
Sekitar
tahun
1960-an
di
Kraton
Mataram Yogyakarta
terdapat
perguruan pencak
silat
bernama
“Tunggal Hati”
yang didirikan oleh
Raden Mas
Yoseph
Soenardi. Beliau
mempunyai
lima murid utama : Sukamartaya, Hadisuryanto, Guntur, Purwata, dan Budi Hadipurnama.
Tahun 1965
Tunggal
Hati
terpaksa
dibubarkan karena
situasi
yang kacau akibat G-30-
S/PKI.
Setelah keadaan
mereda, para pendekar Tunggal
Hati
mulai
membenah diri. Mas
Yanto
dan Mas Guntur
mendirikan perguruan
“Reti Ati”.
Tiga pendekar
lainnya
membentuk
“Merpati
putih”. Ketika itu mereka rata–rata masih SMA.
Setamat SMA,
mas
Sukamartaya lalu
masuk
ke
Seminari Mertoyudan. Pada
saat
itu
di
seminari
sedang
berkembang olahraga
pencak
silat
yang
dipimpin
oleh
Bpk.
V.
Munandir,
seorang pendekar dari perguruan “Bhaya Manunggal”. Mas Sukamartaya pun mempelajari ilmu
silat
dari
Pak
Nandir,
sekaligus
juga
membantu
melatih
teman–temannya. Lulus
dari
Mertoyudan,
Mas
Sukamartaya
masuk
ke
Novisiat
MSF.
Tetapi
beberapa
tahun
kemudian
ia
terpaksa
keluar
dan
bekerja
di
Jakarta
selama
enam
tahun.
Setelah
itu
Ia
kembali
ke
Seminari,
Ia
masuk Seminari Tinggi Kentungan untuk
menjadi calon Imam Praja bagi Keuskupan
Agung
Jakarta dan namanya menjadi Fr. Hadiwijaya, Pr.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter