Home Start Back Next End
  
BAB 2
LANDASAN
TEORI
2.1 Konsep 
Shinto
Shinto sudah
lama dianggap
sebagai
unsur
penting
dalam
keagamaan di
Jepang
yang
membuatnya
berbeda
dan
spesial.
Dalam
bukunya
yang
berjudul
Religion and
Society 
in   Modern   Japan  
(1976:7),   Kuroda   Toshio   mengungkapkan 
mengenai
pandangan orang terhadap Shinto adalah:
The   common   person’s   view   of   Shinto   usually  
includes   the  
following
assumptions: Shinto bears the
unmistakable characteristics of a primitive religion,
including
nature
worship
and
taboos
against
kegare
(impurities),
but
it
has
no
system of doctrine; it exists in diverse forms as folk belief.
Pandangan  orang  secara 
umum 
mengenai  Shinto  biasanya 
meliputi 
asumsi
berikut
ini,
Shinto
memiliki
karakteristik yang
paling
benar
dari
kepercayaan
kuno,
termasuk
menyembah
alam
dan
tabu
terhadap
kegare
atau
ketidaksucian.
Namun,
Shinto
tidak
memiliki
sistem
pengajaran
atau
doktrin.
Shinto
muncul
dari kepercayaan rakyat dalam bentuk yang bermacam-macam.
Ciri
dari
Shinto
adalah
adanya
pengorganisasian
yang
baik
dalam
unsur-unsur
struktural
dan
infra
strukturalnya, contohnya
susunan
upacara,
organisasi,
dan
kuil-
kuilnya. Shinto juga
memainkan peranan
yang
penting dalam
mitologi Jepang kuno
dan
menjadi
dasar dalam
penyembahan nenek
moyang atau
leluhur
dan
kaisar. Singkatnya,
Shinto dianggap
sebagai kepercayaan asli
Jepang
yang
merupakan kelanjutan dari
garis
yang tak terputus dari zaman pra sejarah sampai saat ini ( Toshio, 1976:7 ).
Shintoisme adalah kepercayaan tertua dan banyak dianut oleh masyarakat Jepang.
Shinto   adalah   kepercayaan 
pribumi   orang   Jepang.   (   The 
Kodansha  
Billingual
Encyclopedia
of 
Japan, 
1998 : 498 ).  Nama 
Shinto 
diambil 
dari 
bahasa 
Cina
7
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter