25
juga dapat
dilihat dari kisah Genji Monogatari
oleh Murasaki
Shikibu
dan kisah
Makura No Shoushi oleh Seishounagon ( http://www.kanshundo.co.jp/ ).
Pada
zaman
Muromachi
(
1338-1573
),
boneka
Hina
terbuat
dari
kertas
dan
tanah, dibuat dengan posisi berdiri. Bentuk dan
modelnya pun
menjadi lebih artistik dan
modern ( Inoue, 2003 ).
Pada zaman Edo, tradisi menghanyutkan boneka ke sungai menjadi sulit dilakukan
karena
alasan
tercemarnya
air
sungai
akibat
banyaknya
boneka
yang
dihanyutkan ke sungai. Oleh karena
itu, pada
masa
ini boneka Hina
dipajang di dalam
rumah.
Pada
awal
zaman
Edo
(
1629
)
diselenggarakan festival
Hinamatsuri
yang
terbesar
di
Istana
Kyoto.
Festival Hinamatsuri
yang
terbesar
pada
zaman
Edo
ini
dilakukan pada
saat
Putri
Noriko,
putri
dari
Shogun kedua
Tokugawa
masuk
ke
istana
sebagai
istri
Kaisar.
Sejak
saat
ini,
pelaksanaan
festival
Hinamatsuri
juga
dibantu
oleh
para
istri Shogun. Tidak
lama kemudian
tradisi
ini
menyebar
luas. Festival
Hinamatsuri
yang semula
hanya dilakukan oleh
kaum bangsawan dan aristokrat, berkembang luas di
kalangan
rakyat
jelata,
dari
ibukota
sampai
ke
pedesaan,
yang
diselenggarakan hingga
saat ini ( http://www.kanshundo.co.jp/ ).
Pada
pertengahan
zaman
Edo,
perayaan Hinamatsuri
menjadi sangat populer di
Jepang.
Tradisi
perayaan
pertama
kali
adalah
memperingati hari
lahirnya
bayi
perempuan. Di
dalam
ibukota,
tempat
menjual
boneka
Hina,
seperti
di
Nihonbashijyuukendana
dan
Asakusayachou yang
terkenal
sangat
ramai
didatangi
masyarakat
untuk
membeli boneka dan
perlengkapannya pada
zaman
itu.
Bahkan pada
masa
ini,
banyak
sekali
dibuat
boneka
Hina
yang
mewah,
sehingga pemerintah
mengeluarkan pengumuman yang berisi larangan bagi boneka Hina
yang terlalu mewah.
|