11
dapat
dilihat
dari
pandangan
Rene Descartes
(1596-1650)
dengan
ungkapan
yang
terkenal, yaitu Cogito Ergo Sum, yang artinya karena aku berpikir maka aku ada.
Ungkapan
Cogito
Ergo
Sum adalah
sesuatu
yang
pasti,
karena
berpikir
bukan
merupakan khayalan. Suatu yang pasti adalah
jelas
dan
terpilah-pilah.
Menurut
Descartes pengetahuan tentang sesuatu bukan
hasil
pengamatan
melainkan
hasil
pemeriksaan rasio (dalam Hadiwijono, 1981). Pengamatan merupakan hasil kerja dari
indera (mata, telinga, hidung, dan lain sebagainya), oleh karena itu hasilnya
kabur,
karena ini sama dengan pengamatan binatang. Untuk mencapai sesuatu yang pasti
menurut Descartes kita harus meragukan apa yang kita amati dan kita ketahui sehari-
hari.
Pangkal
pemikiran
yang
pasti
menurut Descartes
dikemukakan
melalui
keragu-
raguan. Keragu-raguan menimbulkan kesadaran, kesadaran ini berada di samping
materi. Prinsip ilmu pengetahuan satu pihak berpikir pada kesadaran dan pihak lain
berpijak
pada
materi
juga
dapat
dilihat dari
pandangan
Immanuel
Kant
(1724-1808).
Menurut Immanuel Kant ilmu pengetahuan itu bukan merupakan pangalaman
terhadap fakta, tetapi merupakan hasil konstruksi oleh rasio. Agar dapat memahami
pandangan Immanuel Kant tersebut perlu terlebih dahulu mengenal pandangan
rasionalisme dan empirisme.
Rasionalisme
mementingkan unsur-unsur apriori dalam
pengenalan,
berarti
unsur-unsur
yang
terlepas dari segala pengalaman. Sedangkan
empirisme
menekankan
unsur-unsur
aposteriori,
berarti
unsur-unsur
yang
berasal
dari
pengalaman.
Menurut
Immanuel
Kant,
baik
rasionalisme
maupun
empirisme
dua-duanya
berat
sebelah.
Ia
berusaha menjelaskan
bahwa
pengenalan
manusia
merupakan keterpaduan atau sintesa antara unsur-unsur apriori dengan unsur-unsur
aposteriori
(dalam
Bertens,
1975).
Oleh
karena
itu
Kant
berpendapat
bahwa
|