5
sekarang dan kelangsungan hidup perusahaan dimasa depan
nantinya
(Irvianti dan
Chandranegara, 2010: 337).
A companys prevailing cultural characteristics can inhibit or defeat a
reengineering effort before it begins
karakteristik budaya yang berlaku di perusahaan dapat menghambat
atau
menggagalkan upaya rekayasa ulang sebelum dimulai (Huntala, Feldt, Lamsa,
Anna Saija, dan Kinneun, 2011).
Organisasi menurut para ahli organisasi dan manajemen yaitu,
Schermerhorn
mengatakan organisasi merupakan kumpulan orang yang bekerjasama untuk
mencapai tujuan bersama (Tika, 2006) dan menurut Kochler mengatakan organisasi
adalah sistem hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu
kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu (Muhammad, 2011: 24). Organisasi
terdiri atas sejumlah orang dengan latar belakang, kepribadian, emisu dan ego yang
beragam. Hasil penjumlahan dan interaksi berbagai orang disenut membentuk
budaya organisasi (Suwarto dan Koeshartono, 2013: 2).
Peter Senge juga mendefinisikan organisasi sebagai (Maryani, Donna, Hapsari,
2010 : 1198)
Organizations where people continually expand their capacity to create the
result they truly desire, where new and expensive patterns of thinking are
nurtured, where collective aspiration is set free, and where people are
continually learning to see the whole together.
Organisasi merupakan di mana orang terus memperluas kapasitas mereka
untuk menciptakan hasil yang mereka benar-benar inginkan, di mana pola-
pola baru dan mahal pemikiran dipelihara, dimana aspirasi kolektif
dibebaskan, dan dimana orang terus-menerus belajar untuk melihat seluruh
bersama-sama.
Dengan uraian diatas dapat disimpulkan pengertian budaya organisasi, seperti
yang dijelaskan oleh Amnuai dalam tulisannya How to Build a Corporation Culture
dalam majalah Asian Manajer September (1989) yang mendefinisikan
|