Home Start Back Next End
  
23
tamunya ke rumah
gundik
mereka dengan
maksud
memamerkan
gundik
tersebut seperti
sedang memamerkan kuda kesayangan mereka.
Para gundik
hidup di rumah terpisah dengan tuannya, kemudian 
ketika mereka sudah
siap,
mereka
akan
dibawa
untuk
tinggal
bersama
keluarga
tuannya.
Para
pria
membuat
mereka sebagai subjek kebanggaan mereka dan memamerkan mereka di pertemuan-
pertemuan umum. Hal ini merupakan sesuatu perbuatan yang liar, biadab, menelanjangi
diri sendiri melangkah di siang bolong ( sriding along in broad daylight) .
Para wanita yang melupakan hak alamiah mereka sebagai wanita dan menjual diri
mereka
sendiri
demi
uang
dengan
menjadi
gundik dari seseorang ataupun tindakan
prostitusi
merupakan tindakan
yang sangat rendah, bahkan dibawah
tingkat kemanusian.
Sayangnya, masyarakat tidak pernah terlalu peduli, karena bagi sebagian wanita, dengan
melakukan hal ini, mereka memiliki kemungkinan untuk naik tingkat dari gundik menjadi
istri yang sah. Bagi para wanita, menjadi gundik dapat disamakan dengan pria yang naik
jabatan
dalam pekerjaan.
Menurut
mereka,
hal
ini
adalah
langkah
pertama
wanita
untuk
bangkit dan naik ke tingkat strata sosial yang lebih tinggi. Para pria memuaskan nafsu
birahi mereka dengan memiliki gundik ataupun dengan menyewa wanita panggilan.
2.6 Konsep Satu Suami Dengan Banyak Istri Menurut Teruoka Yasutaka
Cerita
mengenai
masyarakat
Jepang
telah
ada
sejak
abad
ke
delapan
dalam sastra
legenda seperti Kojiki dan Manyoshu
yang
menceritakan
mengenai kehidupan
mayarakat
mulai dari rakyat biasa sampai kepada para bangsawan dan staf pemerintahan.  Pada abad
ke dua yaitu pada jaman Yayoi
kebudayaan 
bertani telah menjadi mata pencaharian
seluruh 
masyarakat  seluruh 
negri  beserta  kebudayaan  alat  perunggu  dan  besi 
yang
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter