18
memandang orang mati memiliki unsur buruk.
Namun para pendeta Buddha
mengumpulkan orang-orang mati tersebut.
Setelah itu, para pendeta mendoakan di kuil
dengan upacara agama Buddha.
Sejak saat itu, ajaran agama
Budha
mulai diterima
luas
dan dipegang oleh masyarakat.
2.3. Konsep Kehidupan dan Kematian Dalam Agama Budha.
Dalam ajaran Buddha dikenal adanya konsep kehidupan dan kematian
melalui
proses reinkarnasi.
Ajaran Buddha
mengajarkan manusia hidup di dunia untuk
mengumpulkan kebajikan yang akan dibawa,
pada saat kematian datang dan
manusia
tersebut
menjalani
proses
penghakiman.
Di bawah
ini
adalah
penjabaran
mengenai
konsep kehidupan dan kematian dalam ajaran Buddha.
Dogen dalam Stambaugh (1990), menggambarkan kehidupan dan kematian ibarat
bersin.
Bersin adalah suatu tindakan reflek dan tidak terduga.
Ini menjadi simbol
koeksistensi yang serba cepat dari kehidupan dan kematian. Kehidupan bukanlah
sebuah awal dari sebuah proses; kematian bukanlah akhir sebuah proses. Kehidupan dan
kematian
adalah
tanpa
sebelum dan
berikutnya. Ajaran
Buddha
memandang
hidup
sebagai sebuah proses manusia untuk menjadi lebih baik pada kehidupan-kehidupan
selanjutnya.
Rumi dalam Rinpoche (2005), mengungkapkan:
Sekali
lagi
aku
masih
harus
mati
sebagai
manusia,
dan
lahir
di
alam para
dewa.
Bahkan setelah menjelma sebagai dewa, aku masih harus mati lagi; karena, kecuali
nirvana,
tidak
ada
sesuatu
yang
kekal
abadi. Setelah
kelahiranku
sebagai
dewa,
aku masih akan menjelma lagi dalam bentuk yang tak kupahami.
|