tesebut? Apakah para
wiraniaga perusahaan bersedia menjual
pada harga itu atau apakah mereka mengeluh bahwa harga itu
terlalu tinggi? Bagaimana reaksi pesaing atas harga itu? Apakah
pemasok akan
menaikkan harga jika mereka melihat
harga
perusahaan? Apakah pemerintah akan
ikut campur
dan
mencegah pengenaan harga tesebut?
2.1.5 Harga Ganjil (odd pricing)
Harga
ganjil (0dd pricing) (Maruf,
2006,
p174)
adalah
harga
yang ganjil
seperti Rp 99.000, Rp 199.000, Rp 749.000 atau angka lainnya yang menunjukkan
angka
tidak
bulat.
Dasarnya
adalah
bahwa
secara
psikologis
orang-orang mudah
tertarik dengan harga yang dirasakan murah, misalnya harga suatu barang Rp 600
ribuan
tentu lebih
murah
daripada harga
barang
lain senilai
Rp
700
ribuan
meskipun yang pertama tertulis Rp 699.000. Dan yang kedua tertulis Rp 710.000.
Contoh
Harga
ganjil
lainnya
adalah
harga
PDA
(Personal Digital
Assistant)
bertelepon suatu merek dari jenis-jenis termahal
hingga jenis termurah yang
diiklankan
pada
Januari
2005
disebuah
koran
Jakarta
dengan
harga
dalam
dollar
AS sebagai berikut: 649, 629, 499, 449, 399, 349, 299, dan 249.
Harga ganjil menunjuk pada suatu akhiran harga dalam jumlah ganji (1, 3,
5,
7,
9)
atau
pada
suatu
harga
dibawah
angka
bulat
(97,99).
Ginzberg
(dikutip
oleh
Monroe,
2003)
menegaskan
pola-pola
pengalaman
dari
harga
ganjil
dan
genap
($.50
[.49],
$.80
[.79],
$.1
[.98],
$1.50
[1.49],
$2
[1.98])
pada
barang-
barang terpilih dalam
katalog
mail-order yang besar dan
tidak
dapat menemukan
pola-pola
pembelian
yang
sama
rata sebagai
hasilnya.
Kemudian,
Gabor
dan
Granger menyimpulkan bahwa jika para penjual menggunakan harga ganjil secara
|