59
15.
Pada
masa
ini
juga
muncul
wayang
beber
purwa
yang
dibuat
dari
kertas,
sekitar
tahun
1361.
Pertunjukan
wayang
jaman
ini
juga
umumnya
digelar
di
malam hari,
di
rumah,
atau
di
tempat
yang
dianggap
keramat. Pertunjukan
juga
dilakukan
oleh
orang
sakti, kepala keluarga, atau bahkan oleh raja sendiri. Bahasa yang digunakan adalah
bahasa Jawa Kuno dengan kata-kata Sansekerta. Di jaman Majapahit sekitar tahun 1440,
mulai terdapat kitab-kitab pewayangan seperti Tantu Panggelaran, Sudamala,
Dewaruci, Korawa Crama, dan sebagainya dimana
kitab-kitab
tersebut
menggunakan
bahasa Jawa Tengahan.
Pada
masa kedatangan agama Islam, wayang
mulai berfungsi
sebagai alat
dakwah, alat pendidikan dan komunikasi, sumber sastra, sumber budaya, dan juga
hiburan.
Cerita
diambil dari cerita-cerita Babad
yang
menggabungkan
kisah
Ramayana
atau
Mahabharata
versi
Jawa
dengan
cerita-cerita Islam atau
Arab.
Wayang
kulit
disempurnakan bentuknya dan dibuat tidak bertentangan dengan agama. Pertunjukan
wayang dipimpin oleh seorang dalang. Jumlah wayang bertambah dan Gamelan Slendro
mulai dipakai
sekitar tahun 1521. Pertunjukan diadakan di
malam hari selama semalam
penuh dengan menggunakan bahasa Jawa Tengahan. Namun mulai sekitar tahun 1715
sampai sekarang, pertunjukan menggunakan bahasa Jawa Baru.
Di
zaman
Indonesia
merdeka,
wayang
merupakan
suatu
pertunjukan kesenian.
Suatu
teater
lokal,
yang
berfungsi
tidak
saja
sebagai
hiburan
tetapi
juga
untuk
pendidikan, komunikasi massa,
pendidikan kesenian, pendidikan sastra, filsafat, agama,
dan lain-lainnya.
|