28
seperti
ini, pengguna bangunan dapat
merasakan kondisi
yang
lebih nyaman dibanding ketika mereka berada di alam luar.
Penulis
menganggap bahwa
definisi
atau
pemahaman
tentang
arsitektur tropis
di
Indonesia
hingga
saat
ini
cenderung
keliru.
Arsitektur tropis
sering
sekali
dibicarakan,
didiskusikan,
diseminarkan dan
diperdebatkan oleh
mereka
yang
memiliki
keahlian dalam
bidang sejarah atau teori arsitektur. Arsitektur
tropis
seringkali dilihat dari konteks
'budaya'. Padahal kata
'tropis'
tidak
ada
kaitannya dengan
budaya
atau
kebudayaan,
melainkan
berkaitan
dengan
'iklim'.
Pembahasan arsitektur
tropis
harus
didekati dari aspek
iklim. Mereka
yang
mendalami persoalan
iklim
dalam arsitektur, persoalan yang cenderung dipelajari oleh disiplin
ilmu
sains
bangunan
(
fisika
bangunan
)
akan
dapat
memberikan
jawaban
yang
lebih
tepat
dan
terukur
secara kuantitatif.
Mereka
yang
dianggap
ahli
dalam
bidang arsitektur tropis
Koenigsberger,
Givoni,
Kukreja,
Sodha,
Lippsmeier dan
Nick
Baker
memiliki
spesialisasi
keilmuan
yang
berkaitan
dengan
sains
bangunan,
bukan ilmu sejarah atau teori arsitektur.
Kekeliruan pemahaman
mengenai
arsitektur
tropis
di
Indonesia
nampaknya dapat dipahami, karena pengertian
arsitektur
tropis
sering
dicampur adukkan
dengan
pengertian
'arsitektur
tradisional' di
Indonesia,
yang
memang
secara
menonjol
selalu
dipecahkan
secara
tropis.
Pada
masyarakat
tradisional,
iklim
|