13
itu
samurai
tidak
boleh
sombong
ataupun
membanggakan
dirinya.
Dalam hakikat
tertinggi, Rei
hampir mendekati cinta. Rei
itu tahan terhadap penderitaan
yang panjang,
tidak
merasa
iri
hati,
tidak
membanggakan
diri,
tidak
sombong,
tidak
mencari
keuntungan sendiri, tidak
mempengaruhi orang lain, tidak merencanakan hal yang jahat
(Nitobe, 1998:50).
Dalam Bushido, tidak peduli seberapapun besarnya
kesetiaan dan bakti terhadap
keluarga
ditanamkan
di
dalam hati, tanpa
tata
krama
sopan
santun
untuk
mengungkapkan penghormatan kepada atasan dan kehormatan kepada orang tua tidak
bisa dikatakan sesuai dengan cara Bushido (Cleary, 1999:25).
5. Kejujuran (? Makoto)
Tanpa
Makoto
(kejujuran
dan
ketulusan), Rei
hanyalah
aksi
belaka.
demikian
pula
halnya dengan Rei
yang berlebihan merupakan kebohongan belaka. Berbohong atau
berdalih
dianggap
sama
dengan
seorang
pengecut
(Nitobe,
1998:62).
Kaum samurai
memahami bahwa kelasnya yang menempati posisi tertinggi dalam
masyarakat
menuntut
kejujuran
yang
tinggi
melebihi
kaum
pedagang
atau
kaum petani.
Bushi
no
ichigon,
ucapan
seorang samurai,
dapat
menjadi
jaminan
terhadap
apa
yang
dikatakan
dan apa yang akan dia lakukan sehingga tidak memerlukan bukti tertulis apapun. Karena
ketika
seorang samurai
membuat
janji,
mereka
menganggap
janji
itu
sendiri
sebagai
sesuatu
yang
dapat
mencoreng
kehormatan mereka.
Berbohong
tidak
dianggap
sebagai
dosa, tetapi hanya dikatakan sebagai kelemahan, dan hal itu merupakan sesuatu yang
sangat tidak terhormat (Nitobe, 1998:62-71).
|