15
untuk
menyelesaikannya.
Pada
hal
seperti
ini,
cara
ini
merupakan
hal
yang
biasa
bagi
Samurai
untuk membuat suatu pertimbangan terhadap kepandaian dan nurani atasannya
dengan menunjukkan ketulusannya dengan memberikan darahnya sendiri. Kehidupan
diberikan sebagai maksud untuk melayani atasannya, dan teladannya disusun atas
kehormatan,
seluruh
pendidikan
dan
pelatihan
untuk
seorang Samurai
yang
diberikan
sebagaimana mestinya (Nitobe, 1998:82-95).
Semua
Samurai harus
hidup secara
terpuji
dan
terhormat
agar
tidak memiliki
penyesalan ketika mereka mati, karena kematian merupakan kejadian sehari-hari. Untuk
berperilaku secara terpuji, terdapat kode etik moral yang tegas yang diikuti para Samurai,
meliputi kebenaran, kesopanan, dan lain sebagainya (Ikeno, 2002:45).
2.2 Teori Penokohan Menurut Nurgiyantoro
Istilah
tokoh
menunjuk
pada orangnya,
pelaku
cerita.
Watak,
perwatakan,
dan
karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh
pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Seperti yang dikatakan
Jones dalam Nurgiyantoro (2007:165), penokohan adalah pelukisan
gambaran
yang jelas
tentang seseorang yang digambarkan dalam cerita.
Stanton dalam Nurgiyantoro (2007:165) mengemukakan bahwa pengunaan istilah
karakter (character) sendiri dalam berbagai
literatur bahasa Inggris
menyarankan pada
dua
pengertian
yang
berbeda,
yaitu
sebgai tokoh-tokoh
cerita
yang
ditampilkan,
dan
sebagai sikap, ketertarikan, keinginan emosi, dan prinsip moral yang dimiliki oleh
tokoh-tokoh tersebut.
|