17
dunia
yang
diciptakan
dan
dunia
spiritual. Shintoisme,
kepercayaan
asal
Jepang
merupakan panteisme, sedangkan agama Buddha
percaya bahwa bahkan manusia dapat
menjadi seperti dewa. Hal ini sangat kontras dengan gagasan yang dibawa oleh
misionaris Spanyol dan Portugis, yang mengajarkan bahwa manusia tidak akan pernah
bisa setara dengan Tuhan,
dan bahwa Tuhan tidak dapat ditemukan diantara manusia.
Seperti yang ditulis Endo dalam The Samurai :
They abhor the idea of making
clear distinctions between man and God. To them,
even if there should be something greater than man, it is something which man
himself can one day become. Their Buddha, for example, is a being which man can
become once he abandons his illusions.
Terjemahan:
Mereka (orang Jepang) tidak menyukai gagasan untuk membuat pembedaan yang
jelas antara manusia dan Tuhan, bagi mereka meskipun ada sesuatu yang lebih tinggi
daripada manusia pun, itu haruslah merupakan suatu hal yang dapat
dicapai oleh
manusia. Misalnya Buddha, yang dapat
dicapai manusia setelah ia dapat
meninggalkan hasrat duniawinya.
Karena inilah,
orang
Jepang tidak
dapat
memahami
konsep
barat
mengenai
monoteisme
dan
keberadaan
Tuhan
yang
tidak terjangkau
secara
alami.
Menurut
Endo,
aspek ini membuat Jepang tidak mungkin dapat berasimilasi dengan kepercayaan agama
Barat.
Sebagai tambahan, Endo mengatakan bahwa orang Jepang kurang memiliki
kesadaran mengenai keberadaan Tuhan, dosa, maupun kematian, maka dari itulah
mereka tidak dapat menerima agama Kristen seperti yang diajarkan oleh para misionaris.
Jean Higgins menyatakan dalam artikelnya mengenai kehidupan Endo:
In Christianity and I, he speaks of
the two cultures as
totally other, as
boko(concave) and deko(convex). The Japanese boko world is blissfully unconcerned
with the existence or non-existence of God. The Western deko world is eternally
preoccupied with God, whether in affirmation of denial of his existence.
Terjemahan:
Dalam Agama Kristen dan Aku dia membicarakan dua kebudayaan yang sama
|