13
tercermin
juga
dalam
aspek
pengucapan
atau
pelafalan
(
termasuk
aksen
dan
intonasi
).
Sebagaimana
pengamatan
Nakao
dalam
Sudjianto
(
2004:208
),
di
dalam
bahasa
Jepang
wanita
sering
menghilangkan
bunyi
silabel
[i]
dan
[ra]
seperti kata iyadawa [yadawa] dan kata
wakaranai [wakannai]. Pengamatan
lain
juga
dilakukan
oleh
Osamu
yang
mengatakan bahwa
perbedaan
antara
danseigo
dan
joseigo
terlihat
juga
dalam
nada
suara.
Suara
wanita
naik
dan
turun
dalam
jarak
yang
lebih
besar
daripada pria
pada
saat
mengungkapkan
perasaannya (
Sudjianto 2004:208).
Dalam sumber
lain
disebutkan bahwa
sampai
sekarang pun
kata-kata
yang
mempertahankan
kedudukan
yang
jelas
sebagai
danseigo
dan
joseigo
masih
ada.
Katoo
dalam
Sudjianto (
2004:209 )
menyebutkan beberapa
fenomena
yang
sangat
mencolok
yang dapat kita
amati
adalah :
1. Dalam
kelompok
shuujoshi,
partikel-partikel
seperti
zo
pada
kalimat
Yaru
zo atau partikel ze dalam Dekakeru
ze dipakai oleh pria, sedangkan
partikel wa dalam kalimat
suteki da wa atau partikel noyo pada kalimat Ii
noyo dipakai oleh wanita.
2. Dalam
kelompok
pronomina
persona
yang
dipakai
pada
percakapan
dalam
hubungan akrab pada suasana santai, kata ore,
boku, dan omae
dipakai oleh
pria, sedangkan kata atashi dipakai oleh wanita.
3.
Dalam
kelompok interjeksi, kata
yoo,
yo,
dan
che
dipakai
oleh
pria,
sedangkan kata maa dipakai oleh wanita.
|