Home Start Back Next End
  
10
persatuan,
penyatuan,
bersatu,
pemersatu
memberikan
simpulan
bahwa
kata
kata
itu
memiliki
asosiasi
antar
sesamanya. Berdasarkan
hal
tersebut,
Ferdinand
de
Saussure
memulai konsep asosiasi makna (Parera, 1990 : 67).
Bally,
seorang murid
de
Saussure
dalam Parera
(1990
:
68)
memasukkan
konsep
medan
asosiatif
dan
menganalisisnya secara
mendetail
dan
terinci.
Ia
melihat
medan
asosiatif
sebagai
satu
lingkaran
yang
mengelilingi satu
tanda
dan
muncul
ke
dalam
lingkungan
leksikalnya. Pemikiran
tersebut
kemudian
berkembang
menjadi
medan
makna.
Jadi,
medan
makna
adalah
satu
jaringan
asosiasi
yang
rumit
berdasarkan pada
similaritas
atau
kesamaan,
kontak
atau
hubungan,
dan
hubungan
hubungan
asosiatif
dengan
penyebutan
satu
kata.
Dengan
penjelasan
tersebut,
Parera
memberikan
contoh
medan
makna dengan kata kerbau dalam
Bahasa Indonesia. Dengan kata kerbau tersebut
orang mungkin akan berpikir tentang kekuatan atau kebodohan.
Medan makna ini kemudian dikembangkan oleh J. Trier.
Trier dalam Parera (1990
:
69)
melukiskan
vokabulari
sebuah
bahasa
tersusun
rapi
dalam
medan
medan
dan
dalam
medan
itu
setiap
unsur
yang
berbeda
didefinisikan
dan
diberi
batas
yang
jelas
sehingga
tidak
ada
timpang
tindih
antar
sesama
makna.
Menurut
Trier
dalam
Parera
(1990
:
69),
setiap
medan
makna
akan
selalu
tercocokkan antar sesama
medan sehingga
membentuk 
satu 
keutuhan 
bahasa. 
Pendekatan 
medan 
makna 
memandang 
bahasa
sebagai
satu
keseluruhan yang
tertata
yang
dapat
dipenggal
penggal
atas
beberapa
bagian  yang  saling  berhubungan  secara  teratur.  Perlu  diketahui  bahwa  pembedaan
medan
makna
tidak sama
untuk setiap bahasa,
misalnya dalam
Bahasa Indonesia medan
makna
melihat
dibedakan
atas
melirik,
mengintip,
memandang, menatap,
meninjau,
melotot, dan sebagainya (Parera, 1990 : 69).
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter