13
Meskipun
sastra
dalam
sistem
semiotik
tingkatannya
lebih
tinggi
daripada
bahasa,
tetapi
sastra
tidak
dapat
lepas
pula
dari
sistem
bahasa
atau
konvensi bahasa.
Sehingga
karena
hal
hal
tersebut,
puisi secara
semiotik
merupakan struktur
tanda
tanda
yang
bersistem
dan
bermakna ditentukan
oleh
konvensi. Dengan
demikian, untuk
menganalisis makna
dari
suatu
puisi
diperlukan
analisis
semiotik
dan
struktural
mengingat bahwa puisi itu merupakan struktur tanda tanda yang bermakna.
Misalnya, dalam
puisi
dan
haiku,
kata
kegelapan
dapat
bermakna
perpisahan,
kesedihan,
kemurungan, dan
sebagainya.
Dalam
hal
itu
dapat
kita
lihat
bahwa
kata
kegelapan
hanyalah
tanda
yang
dapat
dianalisis
secara
semiotik
dan
memiliki
makna,
selain
memiliki arti
bahasa
secara struktural. Oleh
karena
itu,
dalam
menganalisis puisi
dan
haiku
sebagai
representamen terutama
dicari
tanda
tanda
kebahasaan
atau
denotatum dan
baru
setelah
itu
dicari tanda
tanda
yang
lain
yang
merupakan konvensi
tambahan atau interpretan (Pradopo, 1990 : 122 124).
2.4 Teori Haiku
Peneliti haiku Kagiwada (1990 : 18) mengatakan bahwa :
????????????????????????????????
??????????????????????????????·
?·?????????????????????????????
????????????????????????????????
????????????????????????????
Terjemahan :
Secara
garis
besar
haiku
dibagi
menjadi
dua
yaitu
bentuk
musiman
tradisional
yang
pasti,
lalu
bentuk
non
musiman yang
tidak
pasti.
Bentuk
musiman
tradisional yang pasti
minimal terdiri dari 5
7
5
suku
kata, dan termasuk di
dalamnya
kata
yang
melambangkan musim
disebut
dengan
haiku.
Sedangkan
bentuk
yang di
dalamnya
tanpa kata
yang
melambangkan
musim disebut dengan
bentuk non musiman yang tidak pasti.
|