49
manajemen
bekerja
dengan
seorang
fasilitator
terlatih
dan
berpengalaman.
Fasilitator
tersebut
bertugas
memandu
perhatian
kepada
diskusi
mengenai
masalah
yang
dibicarakan
dan
sebab-sebabnya,
bukan
pada
pendapat.
Sebagai
teknik
kelompok,
metode
sebab
akibat
membutuhkan
interaksi
yang signifikan
antar anggota
kelompok.
Fasiitator
yang
mendengarkan
para peserta
dengan
hati-hati
dapat
mencatat
ide-ide
yang
penting.
Suatu
kelompok
dapat
bekerja
lebih efektif
dengan
cara
memikirkan
masalah
tersebut
secara
lebih
luas sambil
mempertimbangkan
faktor-faktor
lingkungan,
politik,
kepegawaian,
dan
bahkan
kebijakan pemerintah, jika mungkin. (Evans dan Lindsay, 2007, p187)
2.6.7 Failure Modes And Effects Analysis (FMEA)
Potential
Problem
Analysis
dan Failure
Mode
and
Effects
Analysis
(PFMEA)
adalah
sistematika
dari
aktivitas
yang
mengidentifikasi
dan
mengevaluasi
tingkat
kegagalan
(failure)
potensial
yang
ada pada
sistem,
produk,
atau
proses
terutama
pada
bagian
akar-akar
fungsi
produk/proses
pada
faktor-faktor
yang
memengaruhi
produk/proses.
PFMEA
juga merupakan
bentuk-bentuk
desain
rank
order
potential, dan
sebagai
pendefinisi
proses.
Sebagai
perangkat
kerja
metode
kualitas,
PFMEA
berfungsi
sebagai
pengilustrasi
dari implementasi
metode-metode
kualitas yang sesuai, yaitu sebagai media pengeliminasi
dan pereduksi
adanya
perubahan-perubahan
nilai
yang
terjadi
karena
adanya
failure
occurring.
Tujuan
PFMEA
adalah
mengembangkan,
meningkatkan,
dan
mengendalikan
nilai/harga
probabilitas
dari
failure yang
terdeteksi
dari
sumber
(input),
dan
juga
mereduksi
efek-efek
yang
ditimbulkan
oleh
kejadian
failure
tersebut.
Fokus
PFMEA adalah strategi
preventif
terhadap
meningkatnya
nilai
faktor-faktor
non-conformance,
dan
merupakan
salah
satu
perangkat
kerja dalam menganalisis
risiko-risiko dalam system, produk, maupun proses.
Dalam
inisiatif Six Sigma,
PFMEA
dikolaborasikan
dengan
model
Kano
sebagai
landasan
penerjemahan tingkat-tingkat ekspetasi konsumen. Model
Kano
berperan dalam
|