8
2.4 Teori Analisis Medan Makna
Pada awal analisis linguistik struktural, para linguis sangat dipengaruhi oleh psikologi
asosionistik
dalam pendekatan
terhadap
makna.
Para
linguis
dengan
intuisi
mereka
sendiri menyimpulkan hubungan di antara seperangkat kata. Dengan demikianlah pada
awalnya
konsep
asosiasi
makna
yang
dipelopori
oleh
Ferdinand
de
Saussure
(Parera,
1991: 137).
Dalam memberikan
gambaran
mengenai hubungan
asosiatif
makna,
Saussure
membedakan dengan kesamaan formal dan semantik, similaritas semantik, similar
sufiks-umum biasa, similar kebetulan (Parera, 1991: 138).
Bally, seorang murid Saussure, memasukkan konsep medan asosiatif dan
menganalisisnya secara mendetail dan terperinci. Ia melihat medan asosiatif sebagai satu
lingkaran
yang
mengelilingi
satu tanda dan
muncul ke dalam lingkungan
leksikalnya.
Ia
menggambarkan
kata
ox
yang
menyebabkan
seseorang berpikir tentang
kata
seperti
cow,
lalu
makin
jauh
orang
berpikir
tentang plow,
dan
akhirnya
strength,
dan
sebagainya.
Misalnya,
medan
asosiatif
ini
terjadi
dalam kata
kerbau
dalam bahasa
Indonesia.
Dengan
kata
kerbau
mungkin
seseorang
akan
berpikir
tentang
kekuatan
atau
kebodohan.
Jadi,
medan makna
adalah
satu
jaringan
asosiasi
yang
rumit
berdasarkan pada similaritas atau
kesamaan,
kontak
atau
hubungan,
dan
hubungan-
hubungan asosiatif dengan penyebutan satu kata (Parera, 1991:138).
Buah pikir Saussure dan muridnya, Bally, juga buah pikir dari W. von Humboldt,
Weisgerber, dan R. M. Meyer telah menjadi inspirasi utama bagi J. Trier dalam
pengembangan teori
medan
makna.
Trier seperti
yang dikemukakan oleh Parera
(1991:
139), adalah sebagai berikut :
|