Home Start Back Next End
  
23
seperti
yang
telah
dialami
pada
tahun
1997
yang
telah
berlalu.
Maka
Etika
bisnis
tidak
hanya
perlu
disadari
dan
diketahui, tetapi
harus
sudah
sampai
pada
tahap
pelaksanaan.
Seperti aspek aspek lain dalam
berbisnis, studi
kelayakan juga mengharapkan
perilaku
yang
etis
dari
para
pelakunya. Perilaku
yang
dimaksud
tersebut
adalah
perilaku
yang mengacu kepada
norma-norma atau standar-standar moral pribadi dan
hubungan
dengan
orang lain
agar
terjamin
bahwa tidak seorangpun
yang akan
dirugikan.
Jika
seseorang terlalu
ketat
kepada
etika
maka
itu
akan
menyulitkan,
karena terkadang dalam studi ini bermunculan
hal-hal
yang
tak
terduga sebelumnya,
sehingga
diperlukan
jalan
tengah antara aturan-aturan
yang
ketat dengan
relativitisme etika,
sehingga
diharapkan munculnya
konsensus berupa
etika
bagi
penilaian studi
kelayakan bisnis yang akan dapat
dijadikan sebagai pedoman antara
penilai
dan kliennya.
Dan sudah semestinya studi
kelayakan
bisnis harusnya mampu
mengantisipasi
dilemma-dilema etika dan
berusaha menyesuaikan
metodologinya.
Studi kelayakan bisnis memerlukan integritas pribadi dari penilai/peneliti dengan
klientnya.
1.   Etika peneliti pada responden.
Dalam  pengumpulan  data,  lindungi  hak-hak  responden,  misalnya  responden
tidak akan
dirugikan baik secara fisik maupun mental.
Jika peneliti berhubungan
langsung
dengan
responden,
jelaskanlah secara
langsung
tujuan
dan
manfaat-
manfaat yang akan dimanfaatkan dari studi inisehingga responden bisa maklum.
Adakalanya
peneliti
harus
berbohong dengan secara
terpaksa
karena
untuk
melindungi
kerahasiaan pihak ketiga. Penipuan sebaiknya
tidak
digunakan
untuk
menaikkan tingkat
respons.
Perlukan
pernyataan tertulis
yang
merinci
batasan-
batasan.
Dengan
menyampaikan
hasil dari
penelitian
kepada
responden
akan
membuat responden memiliki rasa yang positif terhadap penelitian tersebut.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter