Dengan
sebenarnya
medan
makna
ini
bertentangan
dengan
pendekatan
medan
asosiatif
makna.
Medan
asosiatif
makna
menuntut
asosiasi
antara
kata
yang
menjadi
pusat dan beberapa kemungkinan kolokasinya. Misal dengan menyebutkan kata hitam
seorang
akan mengasosiasikannya dengan putih, negro, kotor, manis, keriting dan
sebagainya. Sebalikanya pendekatan medan makna memandang bahasa sebagai satu
keseluruhan yang tertata yang dapat dipenggal atas bagian-bagian yang saling
berhubungan secara teratur pula. Dengan demikian
kita
melihat
bahwa
pendekatan
asosiatif dalam medan makna bergerak naik ke atas sedangkan pendekatan medan
makna bergerak dari atas ke bawah.
Walaupun
pendekatan
medan
makna
yang
dikemukakan
oleh
Trier
dalam
Parera
( 2004 : 140 ) telah mendapatkan beberapa kecaman dan hambatan, tetapi
kepeloporannya
telah
memberikan
beberapa
pendekatan yang lebih
luwes
terhadap
medan
makna
tersebut.
Bagaimanapun
juga,
setiap kata dapat dikelompokkan sesuai
dengan medan maknanya. Akan tetapi, perlu diketahui pula bahwa pembedaan medan
makna tidak sama untuk setiap bahasa. Misalnya, bahasa Indonesia membedakan medan
makna
melihat atas : melirik, mengintip, memandang, meninjau, menatap, melotot, dan
sebagainya. Pendekatan yang luwes ini telah diusahakan oleh G. Matore dengan
menggunakan
pendekatan
bersifat
sosiologis.
Di
samping
itu,
ada
pendekatan
luwes
yang dikemukakan oleh Lyons, yakni hubungan kemaknaan.
Medan makna dapat dilakukan pada kelompok
makna tentang
tingkat
jabatan
yang
mempunyai batas yang melekat, nasabah keluarga, tata warga. Beberapa studi tentang
medan makna dalam bahasa Inggris telah disebutkan dalam bagian lain tulisan ini.
|