Pendekatan
medan
makna secara asosiatif berguna dalam penelitian psikolinguistik.
Sedangkan
pendekatan
medan
makna
yang
sesuai
dengan
masing-masing
bidang
berguna dalam
studi sosiolinguistik.
Menurut
Chaer
(2007
:
315
),
kata-kata
atau
leksem-leksem
dalam
setiap
bahasa
dapat
dikelompokkan
atas
kelompok-kelompok tertentu
berdasarkan
kesamaan
ciri
semantik
yang
dimiliki
kata-kata.
Umpamanya,
kata-kata
kuning,
merah,
hijau,
biru,
dan ungu berada dalam satu kelompok ,
yaitu kelompok
warna. Sebaliknya, setiap kata
atau
leksem dapat
pula
dianalisis
unsur-unsur
maknanya
untuk
mengetahui
perbedaan
makna antara kata tersebut dengan kata
lainnya yang berada dalam satu kelompok.
Misalnya, mayat dan bangkai berada dalam satu kelompok,
yang perbedaannya terletak
pada bahwa mayat memiliki unsur makna /+manusia/ sedangkan bangkai memiliki
unsur makna /-manusia/, alias bukan manusia.
Kata kata yang berada dalam satu kelompok lazim dinamai kata kata yang berada
dalam satu medan makna atau satu medan leksikal. Sedangkan usaha untuk menganalisis
kata
atau
leksem
atau
unsur-unsur
makna
yang
dimilikinya
disebut
analisis
komponen
makna atau analisis ciri-ciri makna, atau juga disebut analisis ciri-ciri leksikal.
Yang dimaksud medan makna (semantic domain, semantic field) atau medan leksikal
adalah seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena
menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta
tertentu
(
Chaer,
2007
:
316
).
Misalnya
nama-nama
warna,
nama-nama
perabot rumah
tangga, atau nama-nama perkerabatan, yang masing-masing merupakan satu medan
makna.
Banyaknya
unsur
leksikal
dalam satu medan
makna
antara
bahasa
yang
satu
dengan bahasa
yang
lain tidak sama besarnya, karena
hal tersebut berkatian
erat dengan
sistem
budaya
masyarakat
pemilik
bahasa
itu.
Medan
warna
dalam
bahasa
Indonesia
|