Home Start Back Next End
  
11
Agama Buddha dan Shinto tidak mempunyai konsep ketuhanan. Oleh karena itu,
agama
Buddha
dan
kepercayaan
Shinto
dapat
berdifusi
dengan
baik.
Menurut
Gakken
dalam Sutanto (2007 : 14) menjelaskan sebagai berikut:
?????????????????????????1???????
?????????????????????????????????
?????????????????????????????????
?????????????????????????????????
???????????
Kepercayaan orang Jepang merupakan salah satu yang paling kompleks di dunia
karena keterbukaannya pada semua agama. Misalnya, kunjungan ke kuil Shinto
pada tahun baru, pergi ke kuil
Buddha pada
musim semi dan
musim gugur
untuk
mengunjungi
kuburan
keluarga,
serta
kebiasaan
membuat
kue
dan
hadiah
pada
saat hari Natal. Pada perayaan Shichi Go San, masyarakat Jepang pergi ke kuil
Shinto
setempat,
pada
upacara
pernikahan
dilaksanakan
di
gereja
Kristen,
dan
pada upacara pemakaman, kebanyakan dilakukan dalam upacara agama Buddha.
Menurut Sakaiya (1993 : 24), ada dua karakteristik agama di Jepang yang tampak
bertolak belakang namun keduanya benar. Di satu sisi, orang Jepang sama setianya
terhadap ritual tradisi agamanya seperti orang lain di dunia. Di sisi lain, sebagian
masyarakat
tidak
pernah
menganggap
bahwa
jika
tidak
mengunjungi
kuil
pada
saat
tahun baru atau melanggar apa yang telah diajarkan agamanya, mereka akan dianggap
sebagai mushinsha (kafir).
2.3 Konsep Dewa Dalam Shinto
Masyarakat
Jepang
mangenal
berbagai macam dewa yang dipercayai memiliki
hubungan  antara  manusia  di  dunia  dengan  para  dewa.  Dewa  dalam  bahasa  Jepang
disebut dengan kami. Harada (2009: 26), menjelaskan kata kami sebagai berikut,
Kami is the Japanese word for deity. Its derivation is uncertain. Some see in it an
abbreviation of  kangami meaning “to look at”, “to judge”, “to decide”; others,
a
form of kind, or “lord”; while still others propose kabi, “the mysterious”, as its
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter