Home Start Back Next End
  
14
Dimulai saat periode Nara pada abad kedelapan, biksu Cina mendirikan banyak
sekolah
Buddha
ke
Jepang.
Biarawan
Jepang
mendapat
perlindungan
dari
pemerintah
dan
mereka
juga
bekerja
dalam
bidang
administrasi
dan
menjalankan
peran
lainnya
dalam pemerintahan. Ketika kekuasaan politik dipindahkan kepada para prajurit samurai
pada akhir abad kedua belas, agama
Buddha
terus diperlakukan dengan baik oleh
pemerintahan baru untuk beberapa abad. Selama periode ini, sangat jelas bahwa agama
Buddha Jepang
muncul. Pada abad keenam belas
hingga abad kesembilan belas, agama
Buddha disukai oleh penguasa atau pemerintahan militer. Pada abad keduapuluh, banyak
muncul 
gerakan-gerakan 
keagamaan 
baru 
yang 
dikembangkan 
dari 
bentuk 
agama
Buddha yang lebih tua. Bentuk agama Buddha yang lebih tua terus tumbuh dan
berkembang bersama bentuk agama Buddha yang baru.
Teeuwen dan Rambelli (2003 : 7) mengatakan bahwa selama
fase pertama dari
Buddha Jepang, dewa-dewa Buddha dipuja sebagai
“dewa asing”
(adashikuni no kami).
Perbedaannya dengan kami Jepang hanya pada asal dan praktek ritual saja, bukan pada
karakter atau sifatnya. Sifat
Buddha
sangat
sama
dengan
kami
asli Jepang, misalnya,
dewa
akan
menimbulkan
penyakit
ketika
marah,
dan
meminjamkan
kekuatan
kepada
klan yang benar-benar memuja mereka dengan benar dan terus-menerus.
Teeuwen
dan
Rambelli
(2003
:
17)
juga
mengatakan
bahwa
dewa-dewa
Buddha
yang
paling
umum untuk
dipilih
sebagai
kami
adalah
Kannon,
Yakushi,
Amida
(Amitayus), Sakyamuni, Miroku (Maitreya), Jizo (Ksitigarbha) dan lain-lain.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter