22
diberikan padanya
sesuai
dengan
resep
dokter.
Hal
ini
menyebabkan
obat
tidak
memberikan efek optimal
yang diinginkan, bahkan dapat menimbulkan
resistensi,
khususnya
pada
antibiotika. Kesetiaan
dan
kerelaan
pasien
untuk
meminum
obatnya
dipengaruhi oleh
sejumlah
faktor
dan
yang
utama
adalah
(Hoan Tjay, 2008, p38):
a.
Sifat
individual:
misalnya
watak,
tingkat
pendidikan,
dan
kepekaan
untuk
nyeri.
b. Relasi
dokter-pasien:
bila pasien tidak
senang
dengan
perlakuan
dokter atau
tidak
menerima
informasi
yang
cukup
mengenai
penyakitnya
compliance
akan
turun.
Begitu pula
jika dokter tidak
memberikan instruksi
yang
lengkap
atau
cukup
jelas
mengenai
penggunaan obat.
Misalnya,
antibiotika
harus
diselesaikan pengobatannya, walaupun gejala penyakit infeksi sudah lenyap.
c.
Jenis
penyakit:
semakin
berat
penyakit,
semakin
baik
compliance-nya,
juga
bila
pasien
merasa
nyeri.
Sebaliknya,
compliance
berkurang bila
obat
harus
diminum dalam
waktu
yang
lama atau bertahun
tahun, sedangkan penyakit
tidak
memperlihatkan
gejala
tidak
nyaman
(radang,
nyeri)
seperti
diabetes
dan hipertensi.
d. Jumlah
obat
dan
frekuensi
takarannya:
semakin
banyak
frekuensi
pemberian
obat,
akan
semakin
turun
compliance. Bila
obat
harus
digunakan lebih
dari
dua
kali
sehari,
compliance
menurun
dengan
nyata,
begitu
pula
bila
obat
tidak
diberikan
sebagai
tablet
atau
kapsul,
melainkan
cairan
atau
suppositoria.
|