Home Start Back Next End
  
13
berperan penting sebagai penasihat nonformal ksatriya yang menjadi asuhan
mereka.
1.   Peran Punakawan
Istilah
punakawan berasal
dari
kata
pana
yang
bermakna
"paham",
dan
kawan yang bermakna
"teman". Maksudnya
ialah, para panakawan tidak
hanya
sekadar
abdi
atau
pengikut biasa,
namun
mereka
juga
memahami
apa
yang
sedang
menimpa
majikan
mereka.
Bahkan
seringkali
mereka
bertindak sebagai penasihat majikan mereka tersebut.
Hal 
yang 
paling 
khas 
dari 
keberadaan 
panakawan 
adalah 
sebagai
kelompok
penebar
humor
di
tengah-tengah jalinan cerita.
Tingkah
laku
dan
ucapan
mereka
hampir
selalu
mengundang
tawa
penonton.
Selain
sebagai  penghibur  dan  penasihat,  adakalanya  mereka 
juga  bertindak
sebagai penolong majikan mereka di kala menderita kesulitan. Misalnya,
Sewaktu 
Bimasena 
kewalahan 
menghadapi 
Sangkuni 
dalam 
perang
Baratayuda, Semar muncul memberi tahu titik kelemahan Sangkuni.
Dalam percakapan antara para panakawan tidak jarang bahasa dan istilah
yang mereka pergunakan adalah istilah modern yang tidak sesuai dengan
zamannya. Namun hal itu seolah sudah
menjadi hal yang biasa dan tidak
dipermasalahkan.
Misalnya,  dalam  pementasan
wayang  tokoh  Petruk
mengaku
memiliki
mobil
atau
handphone,
padahal
kedua
jenis
benda
tersebut tentu belum ada pada zaman pewayangan.
2.   Tokoh-Tokoh  
Punakawan  
wayang   versi   Jawa,   antara   lain
sebagai berikut :
a.   Semar   :   atau
bernama 
lengkap 
Kyai   Lurah   Semar
Badranaya
adalah
nama
tokoh
panakawan paling
utama
dalam
pewayangan Jawa
dan
Sunda.
Tokoh
ini
dikisahkan
sebagai
pengasuh sekaligus penasihat para
kesatria
dalam
pementasan   kisah-kisah   Mahabharata 
dan  
Ramayana.
Tentu
saja
nama
Semar
tidak
ditemukan dalam
naskah
asli
kedua   wiracarita   tersebut   yang   berbahasa   Sansekerta,
karena
tokoh
ini
merupakan asli
ciptaan
pujangga
Jawa.
Menurut
sejarawan Prof.
Dr.
Slamet
Muljana,
tokoh
Semar
pertama kali ditemukan dalam karya sastra
zaman Kerajaan
Majapahit  berjudul 
Sudamala.
Selain 
dalam 
bentuk
kakawin, kisah Sudamala
juga dipahat
sebagai
relief dalam
Candi Sukuh yang berangka tahun 1439.
Semar
dikisahkan sebagai
abdi
atau
hamba
tokoh
utama
cerita
tersebut, yaitu
Sahadewa
dari
keluarga Pandawa.
Tentu
saja
peran
Semar
tidak
hanya
sebagai
pengikut saja,
melainkan
juga
sebagai
pelontar
humor
untuk
mencairkan
suasana yang tegang.
Pada
zaman
berikutnya,
ketika
kerajaan-kerajaan Islam
berkembang di
Pulau
Jawa,
pewayangan
pun
dipergunakan
sebagai
salah
satu
media
dakwah.
Kisah-kisah yang
dipentaskan 
masih 
seputar 
Mahabharata 
yang 
saat 
itu
sudah
melekat
kuat
dalam
memori
masyarakat Jawa.
Salah
satu  ulama  yang  terkenal  sebagai  ahli  budaya,  misalnya
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter