7
carangan
(gubahan).
Beberapa
cerita
diambil
dari
cerita
Panji.
wayang
kulit
lebih
popular
di
Jawa
tengah
dan
timur,
sedangkan wayang
golek
lebih
sering
dimainkan di Jawa barat.
Wayang Kulit dibagi lagi menjadi :
1.Wayang Purwa
Kata
Purwa
(pertama)
dipakai
untuk
membedakan wayang
jenis
ini
dengan
wayang
kulit
lainnya.
banyak
jenis
wayang
kult,
mulai
dari
wayang wahyu,
wayang sadar,
wayang gedhog, wayang kancil,
wayang pancasila, dan sebagainya.
Wayang purwa diperkirakan mempuyai umur paling tua di antara
wayang kulit
lainnya. Wayang purwa terbuat dari bahan kulit kerbau
yang
ditatah, diberi
warna
sesuai dengan kaidah
pulasan wayag
pedalangan, diberi
tangkai dari bahan tanduk kerbaubule, yang diolah
sedemikian rupa dengan nama cempurit, yang terdiri dari
ntuding dan
gapit..
2.Wayang Parwa
Wayang parwa
adalah
wayang
kulit
yang
paling
popular
dan
terdapat
di
seluruh
Bali.
Wayang
Parwa
merupakan
wayang
kulit
yang
membawakan lakon-lakon
yang
bersumber
dari
cerita
Mahabharata yang
juga
dikenal
sebagai
Astha
Dasa
parwa.
Nah,
wayang
ini
dipentaskan pada
malam
hari,
dengan
memakai kelir
dan
lampu blencong, diiringi dengan gamelan gender wayang.
Wayang
Parwa
dipentaskan dalam
kaitannya
dengan
berbagai
jenis
upacara
adapt
dan
agama,
walaupun
pertunjukkannya sendiri
berfungsi sebagai
hiburan
yang
bersifat
modern.
Dalam
pertunjukkannya,
dalang
wayang
parwa
bisa
saja
mengambil
lakon
dari
cerita
Bharatayuda
atau
bagian
lain
dari
cerita
Mahabharata.
Oleh sebab itu, jumlah lakon wayang parwa paling banyak.
3. Wayang Madya
wayang
madya
adalah
wayang
kulit
yang
diciptakan oleh
Mangkunegara IV
sebagai penyambung cerita wayang purwa
dengan
wayang
gedog.
Cerita
wayang
madya
merupakan peralihan
cerita
purwa ke cerita panji. Salah satu cerita wayang madya
yang terkenal
adalah
cerita
Anglingdarma. Wayang
madya
tidak
sempat
berkembang di luar lingkungan Pura Mangkunegara.
4. Wayang Gedog
Wayang gedog
atau
wayang
panji
adalah
wayang
yang
memakai
cerita
dari
serat
Panji.
Wayang
ini
mungkin
telah
ada
sejak
zaman
Majapahit.
Bentuk
wayangnya hamper
sama
dengan
wayang
purwa.
Tokoh-tokoh ksatria
selalu
memaki
tekes
dan
repekan.
Tokoh-tokoh
rajanya
memakai garuda
mungkur
dan
galung
keeling.
Dalam cerita
Panji,
tidak
ada
tokoh
raksasa
atau
kera.
Sebagai
gantinya
terdapat
tokoh Prabu
Klana dari
Makassar
yang
memiliki tentara orang-orang
bugis. Namun, tidak selamanya tokoh klana berasal dari Makassar.
Dalam pementasannya, wayang
gedog
memakai
gamelan berlaras
pelog dan
memakai
Punakawan
Bancak dan Doyok
untuk
tokoh
Panji
tua,
Ronggotono
dan
Ronggontani
untuk
Klana,
dan
Sebut-
|