9
rangka khitanan, pernikahan, dan lain-lain.
2. Wayang Menak
Wayang
menak
atau
disebut
juga
wayang
golek
menak
merupakan
wayang berbentuk boneka kayu yang diyakini
muncul pertama kali di
daerah
kudus
pada
masa
pemerintahan Sunan
Paku
Buwana
II.
Sumber
cerita
wayang menak
berasal
dari
kitab
Menak, yang
ditulis
atas
kehendak
Kanjeng
Ratu
Mas
Balitar,
permaisuri
Sunan
Paku
Buwana I, pada tahun 1717 M.
Induk
dari
kitab
Menak
berasal
dari
Persia,
menceritakan Wong
Agung Jayeng
Rana atau
Amir
Ambyah (amir
Hamzah), paman Nabi
Muhammad SAW.
Isi
pokok
cerita adalah permusuhan antara Wong
Agung
Jayeng
Rana
yang
beragama Islah
dengan
Prabu
Nursewan
yang belum memeluk agama Islam.
3. Wayang Klithik
Wayang
klithik
pertama
kali
diciptakan oleh
Pangeran
Pekik,
adipati Surabaya, dari bahan kulit dan berukuran kecil sehingga
lebih
sering disebut dengan wayang
krucil. Munculnya
wayang
menak
yang
terbut
dari
kayu,
membuat Sunan
Pakubuwono
II
kemudian
menciptakan wayang
klithik
yang
terbuat
dari
kayu
pipih
(dua
dimensi). Tangan wayang ini dibuat
dari kulit
yang ditatah.
Berbeda
dengan
wayang
lainnya,
wayang
klithik
memiliki
gagang
yang
terbuat dari kayu.
Cerita
yang
dipakai
dalam
wayang
klithik
umumnya mengambil
dari
zaman
Panji
Kudalaleyan di
Pajajaran
hingga
zaman
Prabu
Brawijaya di Majapahit.
Gamelan
yang
dipergunakan untuk
mengiringi
pertunjukan
wayang
ini
amat
sederhana, berlaras
slendro
dan
berirama
playon
bangomati (spregan).
Ada
kalanya
wayang
klithik
menggunakan
gending-gending besar.
C. WAYANG SUKET
Wayang
suket
merupakan
bentuk
tiruan
dari
berbagai
figure
wayang
kulit
yang
terbuat dari
rumput (bahasa jawa
:
suket). Wayang suket biasanya
dibuat
sebagai
alat
permainan
atau
penyampaian cerita
pewayangan pada
anak-anak
di
desa-desa
Jawa.
Untuk
membuatnya, beberapa
helai
daun
rerumputan
dijalin,
lalu
dirangkai
(dengan
melipat)
membentuk
figure
serupa wayang kulit. Karena bahannya, wayang suket tdak bertahan lama.
kelebihan wayang
suket
adalah
ruang
yang
sangat
bebas
bagi
penonton
untuk
membangun imajinasinya. Menafsir kembali siapa
itu wayang-wayang
sebagai bayangan hidup. Manusia terus tumbuh, tapi wayang kulit tidak.
Filosofi suket sebagai sesuatu yang
terus tumbuh adalah
spirit
yang
luar
biasa.
Suket
hanya
butuh
air
dan
sinar
matahari. Kekuatan filosofi
ini
menggambarkan kekuatan
ruang
imajinasi
dari
wayang
suket.
Pertunjukkannya merupakan
symbol
masyarakat
bawah
(grass
root)
yang
mempertanyakan tentang diri, bukan memberontak atau merusak.
D. WAYANG BEBER
|