4
tuli atau akan menjadi tuli. Bayi-bayi prematur lebih cenderung rentan
terhadap infeksi yang dapat menyebabkan
ketulian.
Infeksi/peradangan
seperti meningitis, measles-mumps,
radang selaput
otak,sumsum
belakang, campak dan penyakit gondok dapat menyebabkan
ketulian. Ototoxic drugs, obat yang digunakan untuk mengatasi
jenis-jenis
lain infeksi/peradangan
pada bayi, juga dapat menjadi penyebabnya.
Adakalanya ketulian
dapat juga disebabkan oleh satu luka/benturan
di
kepala atau karena efek suara yang nyaring/keras
yang terjadi satu kali atau
terus menerus. Hal itu semua dapat menyebabkan
kerusakan pada sistim
pendengaran.
2.1.4 Deteksi Tuna Rungu
Deteksi dini gangguan pendengaran
pada bayi sudah dimulai sejak usia 2 hari (
sebelum keluar dari RS), bila hasilnya refer (gagal) atau ada faktor risiko
(misalnya
lahir kuning, berat badan kurang dari 1500 gr, waktu hamil
ibu
mengalami
infeksi toksoplasma
atau Rubela) perlu pemeriksaan
pendengaran
lanjutan .
Pada usia 3 bulan sudah harus dipastikan ada tidaknya gangguan pendengaran
sehingga habilitasi sudah dimulai sebelum usia 6 bulan. Dengan habilitasi
yang
baik diharapkan kemampuan
wicara pada saat usia 3 tahun bisa mendekati anak
normal.
Pemeriksaan pendengaran
harus menggunakan
cara cara yang obyektif (
sensitivitas mendekati 100%) yaitu Oto Acoustic Emission (OAE) dan BERA (
Brainstem Evoked response Audiometry) . OAE untuk menentukan
fungsi sensor
bunyi rumah siput pada ( usia 2 hari , 1 dan 3 bulan). BERA untuk mengukur
aktifitas potensial
listrik pada jalur saraf pendengaran
sampai batang otak terhadap
bunyi ( diperiksa saat usia 1- 3 bulan).
Keterlambatan
deteksi tuna rungu
Kebanyakan anak usia 3-10 tahun baru diperiksakan
ke pelayanan kesehatan, itu
pun karena orangtua/keluarganya
mengamati adanya kelambatan kemampuan
bicara pada anaknya. Hal ini seringkali
diakibatkan:
1) orangtua anak kurang menyadari/mengerti
adanya ketulian pada anaknya
2) perasaan malu/takut apabila ternyata anak menderita ketulian
3) masalah biaya pada orangtua
4) orangtua/keluarga
belum atau tidak mengerti ke mana anak tersebut harus
diperiksakan.
Kadang kala kelambatan deteksi tuna rungu pada anak justru disebabkan oleh
kurang seriusnya petugas kesehatan menanggapi
keluhan orangtua anak. Hal ini
dapat pula diakibatkan
petugas kesehatan kurang memahami/mengenali
gejala
awal ketulian pada anak.
|