9
Delapan
bentuk
tangan
yang
menggambarkan
kelompok-kelompok
konsonan
diletakkan
pada
empat
posisi
di
sekitar
wajah
yang
menunjukkan
kelompok-
kelompok
bunyi
vokal.
Digabungkan
dengan
gerakan
alami
bibir
pada saat
berbicara,
isyarat-isyarat
ini membuat
bahasa
lisan
menjadi
lebih
tampak
(Caldwell,
1997).
Cued
Speech
dikembangkan
oleh
R.
Orin
Cornett,
Ph.D.
di
Gallaudet
University
pada
tahun
1965
66.
Isyarat
ini
dikembangkan
sebagai
respon
terhadap
laporan
penelitian
pemerintah
federal
AS yang
tidak
puas
dengan
tingkat
melek huruf
di
kalangan
tunarungu
lulusan
sekolah
menengah.
Tujuan
dari
pengembangan
komunikasi
isyarat
ini adalah
untuk
meningkatkan
perkembangan
bahasa
anak
tunarungu
dan memberi
mereka
fondasi
untuk
keterampilan
membaca
dan
menulis
dengan
bahasa
yang
baik
dan
benar.
Cued
Speech
telah
diadaptasikan
ke
sekitar
60
bahasa
dan
dialek.
Keuntungan dari sistem isyarat ini
adalah mudah dipelajari (hanya dalam
waktu
18
jam),
dapat
dipergunakan
untuk
mengisyaratkan
segala
macam
kata
(termasuk kata-kata
prokem)
maupun bunyi-bunyi
non-bahasa.
Anak
tunarungu
yang
tumbuh
dengan
menggunakan
cued
speech
ini
mampu
membaca
dan menulis
setara
dengan
teman-teman
sekelasnya
yang non-
tunarungu (Wandel, 1989 dalam Caldwell,
1997).
2) Belajar Bahasa Melalui Pendengaran
Ashman & Elkins (1994) mengemukakan
bahwa individu tunarungu dari
semua tingkat ketunarunguan
dapat memperoleh
manfaat
dari alat bantu
dengar
tertentu.
Alat
bantu
dengar
yang
telah terbukti
efektif
bagi jenis
ketunarunguan
sensorineural
dengan tingkat yang berat sekali adalah
cochlear
implant.
Cochlear
implant
adalah
prostesis
alat pendengaran
yang
terdiri
dari
dua
komponen,
yaitu
komponen
eksternal
(mikropon
dan
speech
processor)
yang
dipakai
oleh pengguna,
dan komponen
internal
(rangkaian
elektroda yang
melalui pembedahan dimasukkan ke
dalam cochlea (ujung
organ
pendengaran) di
telinga
bagian
dalam.
Komponen
eksternal
dan
internal
tersebut
dihubungkan
secara elektrik.
Prostesis
cochlear
implant
dirancang
untuk menciptakan
rangsangan
pendengaran
dengan
langsung
memberikan
stimulasi elektrik pada syaraf pendengaran
(Laughton, 1997).
Akan
tetapi,
meskipun
dalam lingkungan
auditer
terbaik,
jumlah
bunyi
ujaran
yang
dapat
dikenali
secara
cukup
baik oleh
orang
dengan
klasifikasi
ketunarunguan
berat untuk memungkinkannya
memperoleh
gambaran
yang
lengkap
tentang
struktur
sintaksis
dan
fonologi
bahasa
itu terbatas.
Tetapi
ini
tidak
berarti
bahwa
penyandang
ketunarunguan
yang
berat
sekali
tidak
dapat
memperoleh
manfaat
dari bunyi
yang
diamplifikasi
dengan alat bantu
dengar.
Yang
menjadi
masalah
besar
dalam
hal
ini
adalah
bahwa
individu
tunarungu
jarang dapat mendengarkan
bunyi ujaran dalam kondisi optimal. Faktor-
faktor
tersebut
mengakibatkan
individu
tunarungu
tidak dapat
memperoleh
manfaat
yang
maksimal
dari
alat bantu
dengar
yang
dipergunakannya.
Di
samping
itu, banyak
penelitian
menunjukkan
bahwa sebagian
besar alat
bantu
dengar yang dipergunakan
individu tunarungu
itu tidak berfungsi dengan
baik akibat kehabisan batrai dan earmould yang tidak cocok.
|