11
menerobos
rumah
Haji
Saipudin
dengan
mengancam bahwa
Haji
Saipudin
akan ditembak.
Pada
tahun
1892
Pitung
dan
kawanannya
ditangkap
oleh
polisi
sesudah adanya
nasehat dari Kepala Kampung Kebayoran
yang
menerima 50
ringgit (Hindia Olanda 26-8-1892:2) untuk
menangkap
Si
Pitung.
Setelah
ditangkap, kurang dari setahun kemudian pada
musim semi
1893, Pitung dan
Dji-ih
menrencanakan kabur dengan cara yang
misterius dari
tahanan Meester
Cornelis.
Sebuah
investigasi
kemudian
dilakukan
oleh
Asisten
Residen
sendiri, tetapi tidak berhasil, karena kejadian tersebut Kepala Penjara dicurigai
karena dimungkinkan melepaskan si Pitung dan Dji-ih. Akhirnya seseorang
Petugas
Penjara
mengakui
bahwa
dia
meminjamkan
sebuah
"belincong
(sejenis
linggis
pencungkil)
kepada Si
Pitung,
yang
kemudian
digunakan
untuk
membongkar
atap
dan
mendaki
dinding (Hindia Olanda, 25-4-1893:3;
Lokomotief 25-4 1893:2).
Akibat, Si Pitung lepas lagi, berdasarkan rumor Pitung pernah
menampakkan diri ke seorang wanita di sebuah perahu dengan nama Prasman.
Detektif
mencoba
mencari
di
kapal tersebut
Hindia
Olanda,
12-5-1893:3),
tetapi
hasilnya Pitung tidak dapat ditemukan. Semakin
sulitnya
menemukan Si
Pitung,
harga
untuk
penangkapan
Si
Pitung
menjadi
meningkat
sebesar
400
Gulden. Pemerintah
Belanda pada saat itu
ingin
"menembak
mati" di tempat ,
tetapi
sebagian
pejabat
mengatakan jika
Pitung
ditembak
justru
akan
menumbuhkan semangat patriotik, sehingga niat ini diurungkan oleh
kepolisian Batavia untuk menembak ditempat walaupun pada akhirnya hal ini
dilakukan juga.
Sebagai tindakan balas dendam, Pitung melakukan pencurian secara
kekerasan
termasuk
dengan
menggunakan
sejata
api.
Akhirnya
Pitung
dan
Dji-ih
membunuh
seorang
polisi intel yang bernama Djeram
Latip
(Hindia
Olanda 23-9-1893:2). Dia juga mencuri wanita pribumi, Mie dan termasuk
pakaian laki-laki serta pistol revolver dengan pelurunya. Pernyataan ini
didukung
oleh
Nyonya
De
C
seorang
wanita pedagang di Kali Besar bahwa
Pitung mencuri sarung yang bernilai ratusan Gulden dari perahu-nya (Hindia
Olanda 22-11-1892:2).
Selanjutnya Dji-ih ditangkap kembali di kampung halamannya, karena
menderita
sakit.
Dji-ih
pulang
ke kampung
halamannya
untuk
pengobatan.
Kemudian dia pindah ke rumah orang tua yang dikenal. Kepala kampung pada
saat
itu
(Djoeragan)
melaporkannya ke
Demang
kemudian
memerintahkan
tentara
untuk
menangkap
Dji-ih
dirumahnya.
Karena
dia
terlalu
sakit,
dia
tidak
berdaya
untuk
melawan,
walaupun
pistol
dalam jangkauannya.
(Hindia
Olanda
19-8-1893:2).
Dia
menyerah
tanpa
perlawanan.
Untuk
menutupi
hal
ini kemudian Pemerintah Belanda melansir di Java-Bode (15-8-1893:2) bahwa
Dji-ih kabur ke Singapura. Informan yang bertanggungjawab
melaporkan Dji-
ih kemudian ditembak mati oleh Pitung di suatu tempat yang jauh dari Batavia
beberapa minggu kemudian.
Pernyataan surat kabar Hindia Olanda
yang
menyatakan
si
informan
mati dibunuh oleh Pitung,
|