60
2.11.
Teori Kultivasi
Teori
kultivasi
berasal
dari
kata
cultivation,
yang berarti
penguatan,pengembangan, perkembangan, penamaan, atau pereratan. Maksudnya bahwa
terpaan
media
(khususnya TV)
mampu
memperkuat persepsi khalayak terhadap realitas
social, atau dengan kata lain, TV dengan segala pesan
dan
gambar
yang
disajikannya
merupakan proses atau upaya untuk menanamkan cara pandang yang sama terhadap
realitas dunia kepada khalayak. TV dipercaya sebagai instrumen atau agen yang mampu
menjadikan
masyarakat
dan
budaya
bersifat
homogen
(homogenizing
agent),
dengan
kata
lain
media
mempengaruhi penonton dan
masing-
masing peonton
itu
meyakininya.
Jadi, para pecandu TV akan memiliki kecendrungan sikap yang sama
satu sama
lain.(Morissan, 2005: 106)
Hal
ini
tampak pada
hipotesis dasar analisis kultivasi,
yaitu
semakin banyak waktu seseorang dihabiskan untuk menonton TV, maka semakin
seseorang menganggap bahwa realitas sosial
sama
dengan
yang
digambarkan
di
TV.
Teori
ini berasal dari program riset jangka panjang dan ekstensif
yang dilakukan George
Gerbner beserta para koleganya di Annenberg School of Communication di Universitas
of Pennsylvania. Penelitian kultivasi yang dilakukannya itu lebih menekankan pada
dampak. (Nuruddin, 2007)
Teori
Kultivasi
memandang
TV
sebagai
kekuatan
dominan
dalam membentuk
masyarakat modern. Gerbner
yakin TV memiliki kekuatan yang berasal dari pesan
simbolik
drama
kehidupan
nyata
(symbolic
content
of
the
real-life
drama) yang
dipertontonkan kepada khalayak jam demi jam dan minggu demi minggu.(Griffin, 2003:
380)
|