25
dihasut
oleh
crowding
juga
bisa
memainkan peran
dalam membentuk
hubungan
antara
pelanggan
persepsi
crowding
dan
kepuasan
mereka
dengan pengalaman belanja
2.7
Impulse Buying
Terdapat beberapa definsi
yang menyamakan antara impulse
buying sebagai
pembelian
tidak
terencana
seperti
yang diungkapakan
oleh Cobb dan
Hoyer (1986)
dimana
mereka
secara
sederhana
mendefinsikan
impulse
buying
sebagai
sebuah
pembelian
yang
tidak
terencana.
Hal
ini
diperkuat
oleh
Stern (1962)
yang
juga
menyamakan bahwa
impulse buying adalah
pembelian
yang tidak
terencana.
Hal ini
dijelaskan
oleh
Piron
(1993:509)
bahwa
pembelian tidak
terencana
adalah
perilaku
pembelian
yang dilakukan tanpa adanya permasalahan awal atau
tanpa adanya niat
pembelian
sebelum
memasuki
toko.
Sehingga
impulse buying
yang
merupakan
sinonim
dari pembelian tidak
terencana adalah juga
aktivitas
pembelian yang
dilakukan tanpa niat pembelian sebelum memasuki lingkungan toko.
Menurut
Beatty
dan Ferrel (1998), secara lengkap menjelaskan jika
impulse
buying
merupakan
pembelian
secara
tiba-tiba
dan
dilakukan
dengan
segera
tanpa
tujuan pra-belanja untuk membeli sebuah produk tertentu terlebih dahulu atau untuk
memenuhi
kebutuhan pembelian
produk
yang sudah
direncanakan sebelumnya.
Perilaku tersebut terjadi begitu saja karena adanya dorongan untuk membeli secara
spontan
dan tanpa
banyak
pemikiran.
Sehingga
konsumen tidak
memikirkan
konsekuensi dari
pembelian yang dilakukan.
Konsumen disini memikirkan
konsekuensi
setelah
terjadinya
keputusan
pembelian
(post
purchase).
Hal
ini
juga
ditambahkan oleh
Rook (1998) bahwa
impulse buying memang sulit dilawan
karena
hal ini menimbulkan pengalaman yang menyenangkan ketika berbelanja.
|