kapasitas karyawan tersebut. Akibatnya karyawan tersebut mudah lelah dan
berada dalam tegangan tinggi. Overload secara kualitatif bila pekerjaan tersebut
sangat kompleks dan sulit, sehingga menyita kemampuan teknis dan kognitif
karyawan.
3) Deprivational stress, yaitu kondisi pekerjaan yang tidak lagi menantang, atau
tidak lagi menarik bagi karyawan. Biasanya keluhan yang muncul adalah
kebosanan, ketidakpuasan, atau pekerjaan tersebut kurang mengandung unsur
sosial (kurangnya komunikasi sosial).
4) Pekerjaan
beresiko tinggi. Jenis pekerjaan yang beresiko tinggi, atau
berbahaya bagi keselamatan, misalnya pekerjaan di pertambangan minyak lepas
pantai, tentara, dan pemadam kebakaran, berpotensi menimbulkan stres kerja
karena mereka setiap saat dihadapkan pada kemungkinan terjadinya kecelakaan.
b. Stres karena peran
Sebagian besar karyawan yang bekerja di perusahaan yang sangat besar,
khususnya para wanita yang bekerja dikabarkan sebagai pihak yang mengalami
stres lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Masalahnya,
wanita bekerja ini
menghadapi konflik peran sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga.
Terutama dalam alam kebudayaan Indonesia, wanita sangat dituntut perannya
sebagai ibu rumah tangga yang baik dan benar sehingga banyak wanita karir yang
merasa bersalah ketika harus bekerja. Perasaan bersalah ditambah dengan tuntutan
dari dua sisi, yaitu pekerjaan dan ekonomi rumah tangga, sangat berpotensi
menyebabkan wanita bekerja mengalami stres.
c. Faktor interpersonal
Hubungan interpersonal di tempat kerja merupakan hal yang sangat penting
di tempat kerja. Dukungan dari sesam pekerja, manajemen, keluarga, dan teman-
teman diyakini dapat menghambat timbulnya stres. Dengan demikian perlu ada
kepedulian pihak manajemen pada karyawannya agar selalu tercipta hubungan yang
harmonis.
|