Family Conflict
dibandingkan pria. Dalam penelitian ini juga dibahas tentang
hubungan antara Work Family Conflict, Stres, dan kinerja dimana tingkat Work
Family Conflict
akan memperngaruhi stres dan kinerja karyawan secara garis
lurus.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Afina Murtiningrum, SS (2009) dengan judul
Analisis pengaruh Konflik Pekerjaan
Keluarga Terhadap Stres Kerja dengan
Dukungan Sosial Sebagai Variabel Moderasi. Dari penelitian tersebut didapatkan
hasil bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel konflik
pekerjaan keluarga dengan variabel stres kerja.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Nyoman Triaryati (2003) dengan judul Pengaruh
Adaptasi Kebijakan Mengenai Work
Family Conflict
terhadap Absen dan Turn
Over, ditemukan bahwa karyawan wanita telah terbukti menderita depresi dan
mengalami stres lebih cepat dibandingkan pria, merupakan korban terbesar
dalam work-family conflict. Ketika karyawan wanita tersebut menghadapi situasi
kerja yang kurang menyenangkan karena tidak adanya adaptasi yang dibutuhkan
oleh mereka, maka dengan mudah akan timbul stres yang kemudian berpengaruh
pada kepuasan mereka. Dengan dasar penelitian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa work-family conflict
akan menimbulkan stres kerja, dan akan terbawa ke
tempat kerja. Dan karyawan yang rentan mengalami work-family conflict
adalah
wanita, karena wanita akan dihadapkan pada pola tradisional yang berbeda
dengan laki-laki, meskipun memiliki jenjang karir yang sama, yakni mengurus
anak dan keluarga. Sehingga wanita menjadi lebih rentan mengalami stres di
tempat kerja, dan akan mempengaruhi tingkat kepuasan karyawan.
2.3. Perawat
2.3.1. Defenisi Perawat
Sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1239 tahun 2001
tentang Registrasi dan
praktik perawat, perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat, baik
didalam maupun di luar negri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
|