bernama Cut Gambang yang lahir di tempat pengungsian karena orang tuanya tengah
berjuang dalam medan tempur.
Belanda sempat berdamai dengan pasukan Teuku Umar pada tahun 1883. Satu tahun
kemudian (tahun 1884) pecah kembali perang di antara keduanya. Pada tahun 1893,
Teuku Umar kemudian mencari strategi bagaimana dirinya dapat memperoleh senjata
dari pihak musuh (Belanda). Akhirnya, Teuku Umar berpura-pura menjadi antek (kaki
tangan) Belanda. Istrinya, Cut Nyak Dien pernah sempat bingung, malu, dan marah atas
keputusan suaminya itu. Gubernur Van Teijn pada saat itu juga bermaksud
memanfaatkan Teuku Umar sebagai cara untuk merebut hati rakyat Aceh. Teuku Umar
kemudian masuk dinas militer. Atas keterlibatan tersebut, pada 1 Januari 1894, Teuku
Umar sempat dianugerahi gelar Johan Pahlawan dan diizinkan untuk membentuk
legium pasukan sendiri yang berjumlah 250 tentara dengan senjata lengkap.
Saat bergabung dengan Belanda, Teuku Umar sebenarnya pernah menundukkan pos-
pos pertahanan Aceh. Peperangan tersebut dilakukan Teuku Umar secara pura-pura.
Sebab, sebelumnya Teuku Umar telah memberitahukan terlebih dahulu kepada para
pejuang Aceh. Sebagai kompensasi atas keberhasilannya itu, pemintaan Teuku Umar
untuk menambah 17 orang panglima dan 120 orang prajurit, termasuk seorang Panglaot
sebagai tangan kanannya akhirnya dikabulkan oleh Gubernur Djikerhoff yang
menggantikan Gubernur Ban Teijn.
Pada tanggal 30 Maret 1896, Teuku Umar kemudian keluar dari dinas militer
Belanda dengan membawa pasukannya beserta 800 pucuk senjata, 25.000 butir peluru,
500 kg amunisi, dan uang 18.000 dollar. Dengan kekuatan yang semakin bertambah,
Teuku Umar bersama 15 orang berbalik kembali membela rakyat Aceh. Siasat dan
strategi perang yang amat lihai tersebut dimaksudkan untuk mengelabuhi kekuatan
Belanda pada saat itu yang amat kuat dan sangat sukar ditaklukkan. Pada saat itu,
perjuangan Teuku Umar mendapat dukungan dari Teuku Panglima Polem Muhammad
Daud yang bersama 400 orang ikut menghadapi serangan Belanda. Dalam pertempuran
tersebut, sebanyak 25 orang tewas dan 190 orang luka-luka di pihak Belanda.
Gubernur Djikerhoff merasa tersakiti dengan siasat yang dilakukan Teuku Umar.
Van Heutsz diperintahkan agar mengerahkan pasukan secara besar-besaran untuk
menangkap Teuku Umar. Serangan secara mendadak ke daerah Meulaboh
menyebabkan Teuku Umar tertembak dan gugur dalam medan perang, yaitu di
Kampung Mugo, pedalaman Meulaboh pada tanggal10 Februari 1899.
|