Home Start Back Next End
  
9
Mungkin karena tawaran untuk menemani atau memang didera kesepian
paginya, peremepuan itu datang begitu saja dari sebuah subuh yang penuh.
“Bagaimana jika pada suatu malam, dalam diam yang selalu
mengendap, aku mendatanginmu dan meminta satu persatu nafasmu?” Lelaki itu
tiba-tiba membuka percakapan yang sepertinya tidak dibutuhkan di antara
mereka. “Jika yang kamu minta adalah kematianku, sebenarnya aku sudah tidak
punya sejak lama. Sejak kekasihku pergi dalam gelap di suatu senja yang buta,
aku merasa kematian sudah masuk perlahan melalui pori dan lubang hidungku
di setiap detik aku mengingatnya. Maafkan, aku tidak punya lagi kematian yang
bisa kamu ambil. Tetapi kamu boleh mengambil rohku kapan saja, kalau perlu
nanti malam sekalipun.”
Tanpa banyak helaan dari hidungnya, lelaki itu memberi si pelacur
bunga yang masih penuh dengan ruap kesedihan.
“Tunggu aku tengah malam nanti.Aku akan datang dan kamu akan
melepas semua kesedihan dan rohmu.”
Pelacur itu mengangguk. Sebuah perjanjian kematian telah disepakati,
meskipun pelacur itu menganggap lelaki itu kurang setengah ons kadar
kewarasan otaknya.
Sesampai di rumah, pelacur tua itu segera mengeluarkan gaun
terbaiknya. Benar-benar sebuah kencan yang harus sempurna dan tidak boleh
ada cacat sedikit pun, meski untuk sebuah kematian.
Dalam gelap yang makin berjalan, dia menunggu dengan debar luar
biasa di sebuah sofa. Diambilnya secarik kertas, dituliskanlah kata-kata
perpisahan yang kali ini kesedihan tidak lagi mampir. Dengan penuh cinta dia
menulis untuk kekasihnya yang entah di mana itu,
“Kekasihku, kematian harus dirayakan. Tertawalah seperti ketika hari
kelahiranku disambut dengan sukacita. Bunyikan musik penuh keriaan dan
menarilah dalam dentang riang, karena rohku akan kembali pulang. Kesedihan
dan air mata tak akan menjadi bukan apa-apa. Bakarlah aku nanti, tebarkan
abuku ke angkasa. Jika kamu rindu, pandangi saja bintang-bintang itu.” Tulis
pelacur itu kepada kekasihnya yang entah ada di mana itu.
Pelacur tua itu menunggu lelaki penjemput maut. Jarum jam melata luar
biasa. Teng tepat jam 12 malam. Lelaki itu belum muncul juga.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter