19
2.2.2.4 Teori Belajar Sosial
Bandura (dalam Myers, 2012), mengemukakan teori tentang agresi yang
disebut teori belajar sosial (social-learning theory).
Menurut Bandura, individu
belajar agresi tidak hanya dengan merasakan dampak perbuatannya, tetapi juga
dengan mengamati orang lain. Sama seperti individu yang mempelajari sesuatu
dengan melihat orang lain dalam berperilaku dan memperhatikan
konsekuensinya yang diterima. Bandura yakin bahwa dalam kehidupan individu
terpapar model agresi dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan media massa.
Patterson, dkk. (dalam Myers, 2012) menyatakan bahwa
anak yang
agresif secara fisik cenderung memiliki orangtua yang sering melakukan tindak
kekerasan pada anak mereka seperti memberikan hukuman fisik dengan tujuan
mendisiplinkan anak dengan memberikan contoh agresi, misalnya memukul,
menampar, dan lain sebagainya. Para orangtua ini biasanya memiliki orangtua
yang sering memberi hukuman fisik juga (Bandura & Walters, 1959; Straus &
Gelles, 1980, dalam Myers, 2012). Perilaku menghukum dengan cara agresi
yang dilakukan para orangtua dapat meningkat menjadi suatu penganiayaan
meskipun sebagian besar anak yang mengalami kekerasan yang telah dilakukan
orangtuanya tidak menjadi orangtua yang kasar juga nantinya, namun, 30% dari
mereka juga menyiksa anaknya (Kaufman & Zigler, 1987; Widom, 1989, dalam
Myers, 2012).
Triandis (dalam Myers, 2012), menyatakan bahwa pengaruh keluarga
juga muncul dalam tingkat kekerasan yang tinggi dalam budaya dan keluarga
tanpa adanya seorang ayah. Hal ini dibenarkan oleh Lykken (dalam Myers, 2012)
yang memperkirakan bahwa anak yang dibesarkan tanpa sosok ayah tujuh kali
lipat lebih rentan menjadi korban kekerasan, keluar dari sekolah, menjadi
pelarian, menjadi sosok orangtua remaja tanpa pernikahan, serta melakukan
kejahatan dengan kekerasan. Dalam hal ini, yang menjadi penekanannya ialah
|