Harbour juga memiliki pandangannya sendiri terhadap indikator kinerja karyawan.
Menurutnya kinerja seorang karyawan dapat dilihat dari produktivitas, kualitas, ketepatan waktu,
putaran waktu, penggunaan sumber daya, dan biaya (Sudarmanto, 2009). Produktivitas yang
dimaksud Harbour terkait dengan kemampuan dalam menghasilkan produk barang dan jasa.
Kualitas berhubungan dengan proses produksi barang dan jasa yang dihasilkan memenuhi
standar kualitas. Ketepatan waktu merupakan waktu yang diperlukan dalam menghasilkan
produk barang dan jasa tersebut. Putaran waktu yaitu waktu yang dibutuhkan dalam setiap proses
perubahan barang dan jasa tersebut kemudian sampai kepada pengguna. Penggunaan sumber
daya berarti sumber daya yang diperlukan dalam menghasilkan produk barang dan jasa tersebut.
Sedangkan biaya terkait dengan biaya yang diperlukan selama memproduksi barang dan jasa
sampai ke tangan pengguna.
Selain pendapat para pakar mengenai indikator kinerja karyawan yang telah dikemukakan
di atas, ada pula seorang pakar yang memberikan sejumlah ruang lingkup aspek-aspek yang
digunakan dalam menilai kinerja seorang karyawan yaitu Mitchell (dalam Sedarmayanti, 2001).
Mitchell mengatakan bahwa kinerja memiliki lima aspek yang dapat dijadikan dasar untuk
menilai kinerja seseorang di setiap organisasi, yaitu sebagai berikut :
1.
Kualitas pekerjaan (quality of work). Kualitas pekerjaan seorang karyawan akan
menggambarkan kinerja yang dimilikinya. Bila kualitas kerja yang dihasilkannya baik,
maka hal itu menunjukkan bahwa karyawan tersebut memiliki kinerja yang baik pula.
Sedangkan apabila seorang karyawan menghasilkan kualitas kerja yang buruk, maka
dapat dilihat bahwa kinerja yang dimilikinya juga buruk.
2.
Ketetapan waktu (promptness). Seorang karyawan yang mampu bekerja dengan tepat
sesuai dengan standard operating procedurs (SOP) yang telah ada, didukung dengan
|