21
Menurut
para penganut
globalis
positif,
globalisasi
hanya
sebagai
pemicu
yang
mampu memperkecil
budaya
lintas teritorial agar
lebih
mudah
untuk
dipahami
dan
diakses.
Walaupun
globalisasi
dianggap
sebagai
ancaman
oleh
sebagian
besar
orang,
lantas tidak
menjadikannya
sebagai
alasan
utama ketika kehadirannya
menimbulkan
bermacam-macam
kesempatan
yang
baik bagi individu
dan
masyarakat
luas seperti:
kesempatan
ekonomi,
wawasan
lebih
luas, kesempatan
untuk
keluar
dari feodalisme,
dan
membuka
diri
terhadap
nilai-nilai
modernitas.
Selain
itu, globalisasi
mampu
menghasilkan
masyarakat
dunia
yang
toleran
dan
bertanggung
jawab.
Dalam
pandangan
kaum
hiperglobalis,
globalisasi
budaya
adalah,
.....homogenization
of
the
world
under
the auspices
of
American
Popular
Culture
or
Western
consumerism
in general.
Ini
berarti
bahwa
globalisasi
budaya
adalah
proses
hegemonisasi
di
dunia
di
bawah
bantuan
budaya
popular
Amerika.
Di
era
globalisasi
kebanyakan
media
tidak
hanya
ditujukan
pada pasar
dalam
negeri,
melainkan
mengalir
ke konsumen
atau
pengguna
yang
secara
geografis
hidup
berjauhan.
Atau
sebaliknya,
media
itu
ditemukan
dan
digunakan
oleh
orang
yang
pada
awalnya
tidak
diperkirakan
sebagai
pengguna.
Namun
saat
ini,
globalisasi
yang
sering
diidentikkan
dengan
Amerikanisasi
atau
Westernisasi
sepertinya
hanya merupakan wacana perdebatan lama.
Di
Asia
khususnya, masyarakat mulai
bosan
dengan budaya
popular
Amerika
yang notabene
bertahun-tahun
telah
menguasai
pasar,
sehingga
munculah
budaya
global
alternatif
yang tidak
didominasi
oleh
budaya
popular
Amerika
tetapi
mulai
menyisipkan
nilai-nilai
Asia. Munculnya
budaya
global
alternatif
ini disebabkan
kelemahan
pada asumsi-asumsi
imperialisme
budaya
seperti tidak melakukan
analisis dinamika yang terjadi pada tingkat individu.
|