29
2.1.9 Menggagas Sub-Kultur
Secara
sosiologis,
sebuah
subkultur
adalah sekelompok
orang
yang
memiliki
perilaku
dan
kepercayaan
yang
berbeda
dengan
kebudayaan
induk
mereka.
Subkultur
dapat
terjadi
karena
perbedaan
usia anggotanya,
ras, etnisitas,
kelas
sosial,
dan/atau
gender,
dan
dapat
pula terjadi
karena
perbedaan
aesthetik,
religi,
politik,
dan seksual;
atau
kombinasi
dari
faktor-faktor
Anggota
dari suatu
subkultur
biasanya
menunjukan
keanggotaan
mereka
dengan
gaya
hidup
atau
simbol-simbol
tertentu.
Karenanya,
studi
subkultur
seringkali
memasukkan
studi
tentang
simbolisme
(pakaian,
musik
dan perilaku
anggota
sub
kebudayaan)
dan bagaimana
simbol
tersebut
diinterpretasikan
oleh
kebudayaan induknya. Sebuah subkultur
selalu hadir dalam ruang dan waktu
tertentu,
ia
bukanlah
satu
gejala
yang
lahir
begitu
saja.
Kehadirannya
akan
saling
kait mengkait dengan peristiwa-peristiwa
lain yang menjadi konteksnya.
Thornton
dalam usaha pendefinisian
subkultur
menjelaskan
bahwa
atribut
subkultur
diberikan
berdasarkan
pembedaan
antara suatu
kelompok
sosial
atau
budaya
tertentu
dengan
masyarakat
atau
kebudayaan
yang
lebih
luas.
Penggunaan
kata
sub
sendiri
berkonotasi
dengan
perbedaannya
dengan
masyarakat
dominan
atau mainstream (Sosang,2009:26)
Subkultur
seringkali
diidentikkan
dengan
budaya
kaum muda.
Menurut
Johanna
and
Rob
White,
sebagai
subjek
dalam
masyarakat,
kaum
muda
seringkali
didefinisikan
dalam
bingkai
usia
sebagai
sebuah
fase
dalam
kehidupan
manusia.
Saat dimana
mereka
mulai
tertarik
memperbincangkan
hal-hal
mengenai
seksualitas,
dan menemukan
cara-cara
mengekspresikan
kemandirian
mereka.
Tindakan
dan
perhatian
dalam
hal
ini
dilihat
sebagai
kesadaran
generasi.
Namun
|