39
anggota-anggota
gender,
ras,
kelas,
dan
usia
tertentu.
Akibat
dari
kerja
simbolik
yang
diperlukan
ini
boleh
jadi
cukup
berbeda
dengan
apa
pun
yang
pada
awalnya
terkode
di
dalam
komoditas
kultural.
Willis
berpendapat
bahwa
dorongan kapitalis
akan
keuntungan menghasilkan kontradiksi-kontradiksi
yang
bisa
dimanfaatkan
oleh
kreativitas
simbolik
dalam
ranah
budaya
bersama.
Tetapi,
lebih
dari
ini semua,
dan
lebih penting
dari
ini, dorongan
kapitalis
akan
keuntungan
menghasilkan
kondisi-kondisi
bagi
produksi
ranah
budaya
bersama
itu sendiri.
Barangkali
catatan
mutakhir
paling menarik
mengenai
budaya
penggemar
dalam
Cultural Studies adalah
Textual
Poachers
karya
Henry
Jenkins.
Dalam sebuah
penelitian
etnografis
mengenai
sebuah
komunitas
penggemar
(yang
sebagian
besar,
tetapi tidak
semata-mata,
perempuan
kelas
menengah kulit
putih),
Jenkins mendekati kelompok penggemar sebagai
seorang
akademikus
(yang
mengakses
teori-teori
budaya pop
tertentu,
seperangkat
literatur
kritis
dan etnografis)
maupun
sebagai
penggemar
(yang
memiliki
akses
terhadap
pengetahuan tertentu
dan
tradisi-tradisi
dalam
komunitas
tersebut).
Sebagaimana
Jenkins
ingin tegaskan,
kajian
itu
dituangkan
dalam bentuk dialog aktif dengan komunitas penggemar:
Praktik saya dari permulaan adalah berbagi pengalaman dengan semua
penggemar
yang saya kutip pendapatnya
di tiap-tiap bab serta mendorong
kritisme
mereka
terhadap
isinya.
Saya
telah
menerima
banyak
surat
dari para
penggemar, yang menawarkan wawasan mereka mengenai isu-isu yang
diangkat
di sini
dan saya sudah
banyak belajar
banyak
dari reaksi
mereka.
Saya
telah bertemu
dengan
kelompok-kelompok
penggemar
dalam diskusi-diskusi
terbuka
mengenai
suatu
teks
dan
menyertakan
pendapat
mereka
dalam
revisi
|