48
mystifications).
Sebagai
contoh,
selain bermaksud
memberikan
makna
dan
tujuan
hidup,
fashion
semata-mata
merupakan
kekacauan
dan kedahsyatan
yang tidak
menandakan
apapun
sehingga
dalam permainan
struktural
dari
penandaan
referensi
diri
(self-referential signification) terdapat anarki tanda
yang
mengancam
karena
tidak
adanya
tata tertib
(Ferica,2006:3).
Dalam
pandangan
ini,
sebagian
besar
kegiatan
konsumsi
adalah
konsumsi
tanda
(signs).
Kumpulan
tanda
tertanam
dalam
pertumbuhan
kebudayaan
komoditas
dan penciptaan gaya hidup.
Pernyataan yang kemudian muncul adalah seberapa pentingkah gaya
hidup
menurut
kacamata
penikmatnya?
Tentu
pertanyaan
ini
akan
dekat
sekali
dengan,
seberapa
penting
nilai-nilai
trend
dalam
kehidupan
dan urat nadi
seorang penikmat gaya
hidup. Menurut Giddens, perkembangan gaya
hidup
dan perubahan
struktural
modernitas
saling
terhubung
melalui
reflektifitas
institusional;
karena
keterbukaan
kehidupan
sosial
masa
kini,
pluralisasi
konteks tindakan
dan aneka ragam otoritas,
pilihan gaya hidup semakin
penting
dalam penelusuran identitas diri dan aktifitas keseharian.
Identitas
diri tidak diwariskan
atau statis, melainkan
menjadi
suatu
proyek refleksif, yang menjadi sebuah nilai dari kehidupan seseorang.
Dipertegas
juga,
bahwa
identitas
seseorang
tidak
dapat
ditemukan
dalam
perilaku,
maupun
dalam
reaksi
orang
lain,
tetapi
pada kemampuan
untuk
menjaga
akan narasi tertentu.
Pada wilayah
ini, berbicara
identitas
diri semakin
masuk
pada wilayah
ideologis
tertentu,
yang
melandasi
kenapa
seseorang
harus
bergaya.
Gaya
hidup
yang
muncul
pada
masa
kini
merupakan
cerminan
dan
wajah
kultural
dari
elemen
kultural
yang
ada,
sehingga
identitas
diri
tersebut
|