29
manajemen
dan
sebaliknya.
Untuk
bisa
memikul
peran
ini,
PR
harus
punya
akses pada manajemen bahkan top manajemen.
2.
Lubricant, pelumas atau pelicin untuk terciptanya hubungan internal yang
harmonis dan efisien. Peran ini memungkinkan PR mencegah timbulnya
kemungkinan friksi-friksi atau perpecahan dalam organisasi.
3. Monitoring
dan
Evaluasi.
Peran
ini
untuk
mengantisipasi
setiap
perubahan
yang mungkin saja berdampak negatif terhadap organisasi.
4. Komunikasi.
komunikasi
dilakukan
baik
pada
publik
eksternal
maupun
internal untuk terciptanya saling pengertian.
Berbagai penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat mengidentifikasikan dua
peran yang
menonjol
yang dijalankan seorang praktisi PR dalam sebuah organisasi
yaitu
peran manajer dan peran teknisi. Hal mendasar yang membedakan kedua peranan ini
adalah pada keterlibatan praktisi PR dalam proses pengambilan keputusan ditingkat
korporat.
Manager
terlibat
dalam proses
pengambil
keputusan
sedangkan
para
teknisi
tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan manajemen. Secara ideal, kedua
peranan
harus
ada
dalam
praktek
PR
pada
sebuah
organisasi
karena
pada
dasarnya,
peran-peran tersebut saling melengkapi. Manajer melakukan perencanaan, memimpin,
memilih staf,
mengatur jadwal,
menyusun anggaran kegiatan PR, sedangkan para
teknisi
melaksanakan
seluruh
kegiatan
PR,
sehingga
program
PR
dapat
berjalan
dengan
baik,
terarah dan tepat sasaran (Rumanti:2005)
Penulis
menyimpulkan bahwa peranan PR dalam organisasi
merupakan salah satu
kunci
penting
untuk
pemahaman
fungsi
PR
dan
komunikasi
organisasi. Hanya dengan
menjalankan peran manajer realisasi PR yang profesional dapat tercapai, karena ada dua
hal penting ketika praktisi PR menjalankan peranan manajerial;
|