Home Start Back Next End
  
“berpartisipasi” dalam perilaku bully. Motivasi yang dimaksud adalah keinginan individu
akan status sosial yang tinggi, penuh kekuasaan, dan keinginan untuk mendominasi dalam
kelompoknya (Pellegrini, 2002, Salmivalli & Peets, 2008 dalam Salmivalli, 2009). Selain
motivasi Estidaknya perilaku bully adalah suasana ruang kelas. Ruang kelas adalah salah
satu tempat di mana perilaku bully terjadi. Dalam hal ini, keterlibatan anggota kelas juga
berpengaruh dalam perilaku bully. Walaupun individu tidak bisa memilih teman
sekelasnya, namun proses seleksi sosial terjadi di sana (Kandel, dalam Salmivalli, 2009).
Di kelas, clique
dan persahabatan terbentuk. Perilaku yang terkait perilaku bully adalah
salah satu karakteristik di mana anggota clique cenderung untuk “berbagi” (Espelage, Holt,
& Henkel, dalam Salmivalli, 2009; Witvliet dkk, dalam Salmivalli 2009). Clique
ini
kemudian terbagi dalam struktur sosial yaitu kelompok yang mendukung perilaku bully
dengan kelompok yang menolak perilaku bully (Salmivalli, Huttunen, & Lagerspetz, dalam
Salmivalli 2009).
Terkait dengan pencegahan perilaku bully, penelitian Dake, Price, Telljohann, dan
Funk (2003) membahas
persepsi dan praktek pencegahan perilaku bully yang telah
dilakukan oleh guru. Sebanyak tujuh ratus orang guru dilibatkan dalam penelitian ini
sebgaia partisipan yang dipilih secara acak. Dari hasil penelitian ini adalah sebanyak
83,6% partisipan mengaku telah melakukan pembicaraan serius dengan pelaku dan korban
perilaku bully, 31,2% partisipan mengaku telah membuat peraturan di kelas mengenai
pencegahan perilaku bully, dan 31,7% partisipan telah mendiskusikan perilaku bully di
kelas mereka. Kebanyakan partisipan menganggap adanya aktivitas yang diciptakan
setelah perilaku bully terjadi adalah hal yang paling penting dalam mengurangi tingkat
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter