Home Start Back Next End
  
perilaku bully. Hal tersebut diikuti dengan pengawasan guru kepada murid-muridnya, serta
adanya aktivitas lingkungan yang terkait pencegahan perilaku bully.
2.3.5
Remaja dan Konformitas
Sehubungan dengan masa remaja, konformitas meningkat. Konformitas sendiri
dapat berakibat positif dan negatif.  Seperti berbicara dengan kata-kata kasar, mencuri, atau
mengerjai guru dan orangtua (Santrock, 2009).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Santor, Masservey, dan Kusumakar pada
tahun 1999 dilakukan untuk
melihat hubungan konformitas dan tekanan teman sebaya
pada remaja terkait nilai akademis
yang buruk, perilaku seksual, dan penyalahgunaan
obat. Pengambilan subjek untuk penelitian ini menggunakan berbagai pengumuman yang
diumumkan melalui sebuah SMA lokal. Subjek yang diambil berasal dari berbagai etnis,
yaitu 70% merupakan individu kulit putih, 25% merupakan individu kulit hitam, dan
sisanya berasal dari etnis lain. Hasil menunjukkan adanya prediktor kuat yang
mengarahkan pada perilaku-perilaku berisiko, seperti penyalahgunaan obat, perilaku
ilegal, perilaku seksual dan nilai akademis yang buruk. Prediktor tersebut lebih kuat
ketimbang kebutuhan untuk populer dan konformitas secara umum. Walaupun ada
hubungan kuat antara kebutuhan untuk populer dan tekanan teman sebaya, namun
hubungan tersebut tidak mengarahkan pada perilaku-perilaku yang berisiko. 
Terkait hubungannya dengan keluarga, penelitian Zhang dan Thomas (1994) yang
menggunakan teori modernisasi memberi hasil adanya tingkat konformitas yang lebih
tinggi pada remaja di Cina dan Taiwan, daripada remaja di Amerika Serikat. Penelitian
ini bertujuan melihat tingkat konformitas pada remaja di Cina, Taiwan, dan Amerika
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter