Home Start Back Next End
  
29
2.3.5.2
Aspek Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Kebudayaan
Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang pesat sehingga pada
abad ke-15 telah menjadi kerajaan penting di Maluku. Para pedagang asing datang
ke Ternate menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras untuk ditukarkan dengan
rempah-rempah. Ramainya perdagangan memberikan keuntungan besar bagi
perkembangan Kerajaan Ternate sehingga dapat membangun laut yang cukup kuat.
Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Ternate dalam kehidupan sehari-
harinya banyak menggunakan hukum Islam. Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan
Hairun dari Ternate dengan De
Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian
dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an. Hasil kebudayaan yang
cukup menonjol dari kerajaan Ternate adalah keahlian masyarakatnya membuat
kapal, seperti kapal kora-kora.
2.3.5.3
Kesenian Kerajaan Ternate
Menurut Prof. DR. Hasan M. Ambary, setidaknya di Pulau Ternate terdapat dua
kompleks para raja Ternate, pertama di kaki bukit Foramadyahe dan yang kedua
terletak di dekat kompeks Mesjid Agung Ternate. Yang dimakamkan di
Foramadyahe antara lain Sultan Khairun dan Sultan Baabullah, sedangkan yang
dimakamkan di dekat Mesjid Agung adalah para Sultan (dan keluarganya) yang
memerintah antara abad XVIII-XIX.
Makam-makam yang menarik perhatian adalah makam para sultan yang terdapat di
sekitar Mesjid Agung. Makam tertua di sini adalah makam Sultan Sirajul Mulk
Amiruddin Iskandar Qaulin yang wafat pada Sabtu 10 Syawal 1213 H atau 13 Maret
1799 M, seperti tertera pada kaligrafi jirat/nisannya.
Seni kaligrafi di makam-makam Mesjid Agung ini terususun dengan indahnya,
bergaya tulis Naskhi, dengan ragam hias floralistik khas Ternate yang memiliki
persamaan gaya seni Polynesia.
Istana dengan bangunan gaya Eropa Abad XIX ini mengahadap ke arah laut, berada
satu kompleks dengan Mesjid Kesultanan yang didirikan oleh Sultan Hamzah, Sultan
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter