Home Start Back Next End
  
19
2.1.3.3 Art Deco
Art Deco adalah gaya hias yang lahir setelah Perang Dunia I dan berakhir
sebelum Perang Dunia II yang banyak diterapkan dalam berbagai bidang, misalnya
eksterior, interior, mebel, patung, poster, pakaian, perhiasan dan lain-lain dari 1920
hingga 1939, yang memengaruhi seni dekoratif seperti arsitektur, desain interior, dan
desain industri, maupun seni visual seperti misalnya fesyen, lukisan, seni grafis, dan
film. Gerakan ini, dalam pengertian tertentu, adalah gabungan dari berbagai gaya dan
gerakan pada awal abad ke-20, termasuk Konstruksionisme, Kubisme, Modernisme,
Bauhaus, Art Nouveau, dan Futurisme. Popularitasnya memuncak pada 1920-an.
Meskipun banyak gerakan desain mempunyai akar atau maksud politik atau filsafati,
Art Deco
murni bersifat dekoratif. Pada masa itu, gaya ini dianggap anggun,
fungsional, dan ultra modern. Contoh bangunan yang menerapakan gaya ini, antara
lain: Hotel Savoy Homann, Arsitek Albert Aalbers. Grand Hotel Preanger, Gedung
Merdeka, dan Villa Isola, Arsitek Wolff Schoemaker, Gedung Jaarbeurs.
 
1.
 
Villa Isola, Bandung adalah bangunan villa yang terletak di kawasan
pinggiran utara Kota Bandung. Berlokasi pada tanah tinggi, di sisi kiri jalan menuju
Lembang (Jln. Setiabudhi). 
Villa Isola adalah salah satu bangunan yang dibangun
pada tahun 1932 bergaya Arsitektur Art Deco yang banyak dijumpai di Bandung,
yang merupakan salah satu dari karya arsitek terkenal dari Belanda C.P Schoemaker.
Sejarah
Di awal tahun 30 an seluruh dunia mengalami krisis global, termasuk
indonesia yang pada saat itu perekonomian indonesia di bawah kendali belanda. tapi
krisis tersebut tidak berpengaruh bagi seseorang yang bernama : Dominique Willem
Berretty ((20 Nov 1890 - hindia belanda) yang merupakan keturunan campuran jawa-
itali.
Saat Berretty masih muda dia pernah bekerja di surat kabar java bode, sampai
akhirnya pada tahun 1907 mendirikan usaha jasa telegraf yang konon katanya
merupakan perusahaan jasa
telegraf pertama di Indonesia. Karir Berretty makin
menanjak pada saat dia mendirikan agen pers ANETA (Algemeen Nieuws en
Telegraaf Agentschap) di Batavia. Dengan karir ini Berretty
mampu memonopoli
pengadaan barang tentang Hindia Belanda.
Kesukesean Berretty menjadikannya seseorang yang kaya raya dan selebriti
pada masa itu, namun banyak sekali orang tidak senang dengan kesuksesan dan
ketenarannya. Setelah Berretty kaya raya, dia mulai mambangun Villa Isola dengan
biaya yang sangat fantastik yaitu : 500.000 gulden ( sekitar 250 Milyar rupiah).
Dari jaman dahulu sampai sekarang Bandung terkenal dengan udaranya yang
sangat sejuk, terlebih daerah Bandung utara atau Lembang sekitarnya, dari situlah
Berretty memilih tempat yang tepat untuk membangun sebuah vila.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter